سْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِالرَّحِيْـــــــمِ
Kata Islam punya dua makna. Pertama, nash (teks) wahyu yang menjelaskan din (agama) Allah. Kedua, Islam merujuk pada amal manusia, yaitu keimanan dan ketundukan manusia kepada nash (teks) wahyu yang berisi ajaran din (agama) Allah.
Berdasarkan makna pertama, Islam yang dibawa satu rasul berbeda dengan yang dibawa rasul lainnya, dalam hal keluasan dan keuniversalannya. Meskipun demikian dalam permasalah fundamental dan prinsip tetap sama. Islam yang dibawa Nabi Musa lebih luas dibandingkan yang dibawa Nabi Nuh. Karena itu, tak heran jika Al-Qur’an pun menyebut-nyebut tentang Taurat. Misalnya di ayat 145 surat Al-A’raf. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa di Luh-luh (Taurat) tentang segala sesuatu sebagai peringatan dan penjelasan bagi segala sesuatunya.…
Islam yang dibawa Nabi Muhammad lebih luas lagi daripada yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Apalagi nabi-nabi sebelumnya diutus hanya untuk kaumnya sendiri. Nabi Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia. Oleh karena itu, Islam yang dibawanya lebih luas dan menyeluruh. Tak heran jika Al-Qur’an bisa menjelaskan dan menunjukkan tentang segala sesuatu kepada manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab sebagai penjelas segala sesuatu. (An-Nahl: 89)
Dengan kesempurnaan risalah Nabi Muhammad saw., sempurnalah struktur kenabian dan risalah samawiyah (langit). Kita yang hidup setelah Nabi Muhammad diutus, telah diberi petunjuk oleh Allah tentang semua tradisi para nabi dan rasul yang sebelumnya. Allah swt. menyatakan hal ini di Al-Qur’an. Mereka orang-orang yang telah diberikan petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. (Al-An’am: 90). Dan kamu diberi petunjuk tentang sunah-sunah orang-orang yang sebelum kamu. (An-Nisa: 20)
Sedangkan tentang telah sempurnanya risalah agama-Nya, Allah menyatakan dalam surat Al-Maidah ayat 3.
Pada Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku, dan Aku ridha Islam sebagai agama bagimu sekalian….
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa risalah yang dibawanya adalah satu kesatuan dengan risalah yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. “Perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi sebelumku ibarat orang yang membangun sebuah rumah. Ia memperindah dan mempercantik rumah itu, kecuali letak batu bata pada salah satu sisi bangunannya. Kemudian manusia mengelilingi dan mengagumi rumah itu, lalu mengatakan: ‘Alangkah indah jika batu ini dipasang!’ Aku adalah batu bata tersebut dan aku adalah penutup para nabi,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari dan Muslim)
Jumat, 24 Desember 2010
Rabu, 22 Desember 2010
,,,~" Do`a untukmu Mama"~,,,
Mama,,,
Tertanam naluri keibuan amat mendalam
Di jiwamu insan yang mendambakan kebahagiaan
Di bahumu tergalas beban
Perjalananmu penuh rintangan
Kau titipkan kasih sayang
Sejujur pengorbanan
Tak ku nafikan
Mama,,,
Kau insan penyayang
Betapa ku merindu
Lembutnya belaianmu mama
Membuatku terlena
Mama,,,
Di wajahmu terlukis tenang
Debar di dada kau rahsiakan
Kau pastikan ku aman
Dikurnia sejahtera
Tak akan penah ku lupakan
Di saat kau Jauh
Rasa ingin ku berlari
Memelukmu penuh bahagia
Bagai hujan yang dinantikan
Mama,,,
Tiada aku tanpamu Mama
Hanya (kau) satu didunia
Bertakhta dikau dijiwaku
Kaulah Mamaku yang tercinta
Mama,,,
Kau insan pengasih
Betapa aku mengharap
Hadirnya restumu Mama
Membawaku ke syurga
Bersemi belaian kasih sayang nan berpanjangan
Darimu insan yang mendoakan kebahagiaan anakmu
Maafkan segala dosa dan salah anakmu ini mama,,,,
Tertanam naluri keibuan amat mendalam
Di jiwamu insan yang mendambakan kebahagiaan
Di bahumu tergalas beban
Perjalananmu penuh rintangan
Kau titipkan kasih sayang
Sejujur pengorbanan
Tak ku nafikan
Mama,,,
Kau insan penyayang
Betapa ku merindu
Lembutnya belaianmu mama
Membuatku terlena
Mama,,,
Di wajahmu terlukis tenang
Debar di dada kau rahsiakan
Kau pastikan ku aman
Dikurnia sejahtera
Tak akan penah ku lupakan
Di saat kau Jauh
Rasa ingin ku berlari
Memelukmu penuh bahagia
Bagai hujan yang dinantikan
Mama,,,
Tiada aku tanpamu Mama
Hanya (kau) satu didunia
Bertakhta dikau dijiwaku
Kaulah Mamaku yang tercinta
Mama,,,
Kau insan pengasih
Betapa aku mengharap
Hadirnya restumu Mama
Membawaku ke syurga
Bersemi belaian kasih sayang nan berpanjangan
Darimu insan yang mendoakan kebahagiaan anakmu
Maafkan segala dosa dan salah anakmu ini mama,,,,
Minggu, 19 Desember 2010
~"PAHAMI TAKDIR DENGAN BENAR"~
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah takdir ini. Semoga paparan ringkas ini dapat membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir Allah. Wallahul musta’an.
Antara Qodho’ dan Qodar
Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan.[1] Jika disebutkan qodho’ saja maka mencakup makna qodar, demikian pula sebaliknya. Namun jika disebutkan bersamaan, maka qodho’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Dengan demikian qodar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qodho’.[2]
Empat Prinsip Keimanan kepada Takdir
Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah. Perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir harus mencakup empat prinsip. Keempat prinsip ini harus diimani oleh setiap muslim.
Pertama:
Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengetahui dengan ilmunya yang azali dan abadi tentang segala sesuatu yang terjadi baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah maupun perbuatan makhluknya. Semuanya terjadi dalam pengilmuan Allah Ta’ala.
Kedua:
Mengimanai bahwa Allah Ta’ala telah menulis dalam lauhul mahfudz catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat. Tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat.
Dalil kedua prinsip di atas terdapat dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَافِي السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {70}
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS. Al Hajj:70).
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ {59}
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”” (QS. Al An’am:59).
Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi”[3]
Ketiga:
Mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi. Semuanya terjadi atas kehendak Allah Ta’ala, baik itu perbuatan Allah sendiri maupun perbuatan makhluknya.
Keempat:
Mengimani dengan penciptaan Allah. Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi. Ciptaan Allah mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya. Perkataan dan perbuatan makhluk pun termasuk ciptaan Allah.
Dalil kedua prinsip di atas adalah firman Allah Ta’ala,
اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ {62} لَّهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِ اللهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ {63}
“.Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.”(QS. Az Zumar 62-63)
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَاتَعْمَلُونَ {96}
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu“.” (QS. As Shafat:96).[4]
Antara Kehendak Makhluk dan Kehendak-Nya
Beriman dengan benar terhadap takdir bukan berarti meniadakan kehendak dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena dalil syariat dan realita yang ada menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kehendak untuk melakukan sesuatu.
Dalil dari syariat, Allah Ta’ala telah berfirman tentang kehendak makhluk,
ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَن شَآءَ اتَّخَذَ إِلىَ رَبِّهِ مَئَابًا {39}
“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” (QS. An Nabaa’:39)
نِسَآؤُكُمْ حَرْثُ لَّكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ… {223}
“Isteri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. …”(Al Baqoroh:223)
Adapun tentang kemampuan makhluk Allah menjelaskan,
فَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لأَنفُسِكُمْ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ {16}
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu . Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghobun :16)
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا …{286}
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya….”(QS. Al Baqoroh:286)
Sedangkan realita yang ada menunjukkan bahwa setiap manusia mengetahui bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan. Dengan kehendak dan kemampuannya, dia melakukan atau meninggalkan sesuatu. Ia juga bisa membedakan antara sesuatu yang terjadi dengan kehendaknya (seperti berjalan), dengan sesuatu yang terjadi tanpa kehendaknya, (seperti gemetar atau bernapas). Namun, kehendak maupun kemampuan makhluk itu terjadi dengan kehendak dan kemampuan Allah Ta’la karena Allah berfirman,
لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwiir:28-29). Dan karena semuanya adalah milik Allah maka tidak ada satu pun dari milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki oleh-Nya.[5]
Macam-Macam Takdir
Pembaca yang dirahmati Allah, perlu kita ketahui bahwa takdir ada beberapa macam:
[1] Takdir Azali.
Yakni ketetapan Allah sebelum penciptaan langit dan bumi ketika Allah Ta’ala menciptakan qolam (pena). Allah berfirman,
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلاَّ مَاكَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ {51}
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah:51)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda,
“… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”[6]
[2] Takdir Kitaabah.
Yakni pencatatan perjanjian ketika manusia ditanya oleh Allah:”Bukankah Aku Tuhan kalian?”. Allah Ta’ala berfirman,
} وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَآ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ {172} أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ ءَابَآؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَةً مِّن بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنًا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ {173}
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?” (QS. Al A’raaf 172-173).
[3] Takdir ‘Umri.
Yakni ketetapan Allah ketika penciptaan nutfah di dalam rahim, telah ditentukan jenis kelaminnya, ajal, amal, susah senangnya, dan rizkinya. Semuanya telah ditetapkan, tidak akan bertambah dan tidak berkurang. Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِناَّ خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي اْلأَرْحَامِ مَانَشَآءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أُشُدَّكُمْ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلاَ يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى اْلأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَآءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ {5}
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al Hajj:5)
[4] Takdir Hauli.
Yakni takdir yang Allah tetapkan pada malam lailatul qadar, Allah menetapkan segala sesuatu yang terjadi dalam satu tahun. Allah berfirman,
حم {1} وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ {2} إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ {3} فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ {4} أَمْرًا مِّنْ عِندِنَآ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ {5}
“Haa miim . Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah , (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul” (QS. Ad Dukhaan:1-5)
[5] Takdir Yaumi.
Yakni pnentuan terjadinya takdir pada waktu yang telah ditakdirkan sbelumnya. Allah berfirman,
يَسْئَلُهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ {29}
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan . “ (QS. Ar Rahmaan: 29). Ibnu Jarir meriwayatkan dari Munib bin Abdillah bin Munib Al Azdiy dari bapaknya berkata, “Rasulullah membaca firman Allah “ Setiap waktu Dia dalam kesibukan”, maka kami bertanya: Wahai Rasulullah apakah kesibukan yang dimaksud?. Rasulullah bersabda :” Allah mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan meninggikan suara serta merendahkan suara yang lain”[7]
Sikap Pertengahan Dalam Memahami Takdir
Diantara prinsip ahlus sunnah adalah bersikap pertengahan dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah, tidak sebagaimana sikap ahlul bid’ah. Ahlus sunnah beriman bahwa Allah telah menetapkan seluruh taqdir sejak azali, dan Allah mengetahui takdir yang akan terjadi pada waktunya dan bagaimana bentuk takdir tersebut, semuanya terjadi sesuai dengan takdir yang telah Allah tetapkan.
Adapun orang-orang yang menyelisihi Al Quran dan As Sunnah, mereka bersikap berlebih-lebihan. Yang satu terlalu meremehkan dan yang lain melampaui batas.
~ Kelompok Qodariyyah, mereka mengingkari adanya takdir. Mereka mengatakan bahwa Allah tidak menakdirkan perbuatan hamba. Menurut mereka perbuatan hamba bukan makhluk Allah, namun hamba sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Mereka mengingkari penciptaan Allah terhadap amal hamba.
~ Kelompok yang lain adalah yang terlalu melampaui batas dalam menetapkan takdir. Mereka dikenal dengan kelompok Jabariyyah. Mereka berlebihan dalam menetapkan takdir dan menafikan adanya kehendak hamba dalam perbuatannya. Mereka mengingkari adanya perbuatan hamba dan menisbatkan semua perbuatan hamba kepada Allah. Jadi seolah-olah hamba dipaksa dalam perbuatannya.[8]
Kedua kelompok di atas telah salah dalam memahai takdir sebagaimana ditunjukkan dalam banyak dalil. Di antaranya firman Allah ‘Azza wa Jalla,
لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. At Takwiir:28-29)
Pada ayat (yang artinya), “ (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menempuh jalan yang lurus” merupakan bantahan untuk Jabariyyah karena pada ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak bagi hamba. Hal ini bertentangan dengan keyakinan mereka yang mengatakan bahwa hamba dipaksa tanpa memiliki kehendak. Kemudian Allah berfirman (yang artinya), “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam.” Dalam ayat ini terdapat bantahan untuk Qodariyah yang mengatakan bahwa kehendak manusia itu berdiri sendiri dan diciptakan oleh hamba tanpa sesuai dengan kehendak Allah karena Allah mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya.[9]
Takdir Baik dan Takdir Buruk
Takdir terkadang disifati dengan takdir baik dan takdir buruk. Takdir yang baik sudah jelas maksudnya. Lalu apa yang dimaksud dengan takdir yang buruk? Apakah berarti Allah berbuat sesuatu yang buruk? Dalam hal ini kita perlu memahami antara takdir yang merupakan perbuatan Allah dan dampak/hasil dari perbuatan tersebut. Jika takdir disifati buruk, maka yang dimaksud adalah buruknnya sesuatu yang ditakdirkan tersebut, bukan takdir yang merupakan perbuatan Allah, karena tidak ada satu pun perbuatan Allah yang buruk. Seluruh perbuatan Allah mengandung kebaikan dan hikmah. Jadi keburukan yang dimaksud ditinjau dari sesuatu yang ditakdirkan/hasil perbuatan, bukan ditinjau dari perbuatan Allah. Untuk lebih jelasnya bisa kita contohkan sebagai berikut.
Seseorang yang terkena kanker tulang ganas pada kaki misalnya, terkadang membutuhkan tindakan amputasi (pemotongan bagian tubuh) untuk mencegah penyebaran kanker tersebut. Kita sepakat bahwa terpotongnya kaki adalah sesuatu yang buruk. Namun pada kasus ini, tindakan melakukan amputasi (pemotongan kaki) adalah perbuatan yang baik. Walaupun hasil perbuatannya buruk (yakni terpotongnya kaki), namun tindakan amputasi adalah perbuatan yang baik. Demikian pula dalam kita memahami takdir yang Allah tetapkan. Semua perbuatan Allah adalah baik, walaupun terkadang hasilnya adalah sesuatu yang tidak baik bagi hambanya.
Namun yang perlu diperhatikan, bahwa hasil takdir yang buruk terkadang di satu sisi buruk, akan tetapi mengandung kebaikan di sisi yang lain. Allah Ta’ala berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ {41}
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Ruum:41).
Kerusakan yang terjadi pada akhirnya menimbulkan kebaikan. Oleh karena itu, keburukan yang terjadi dalam takdir bukanlah keburukan yang hakiki, karena terkadang akan menimbulkan hasil akhir berupa kebaikan.[10]
Bersemangatlah, Jangan Hanya Bersandar Pada Takdir
Sebagian orang memiliki anggapan yang salah dalam memahami takdir. Mereka hanya pasrah terhadap takdir tanpa melakukan usaha sama sekali. Sunngguh, ini adalah kesalahan yang nyata. Bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita dari bersikap malas? Apabila kita sudah mengambil sebab dan mendapatkan hasil yang tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh sedih dan berputus asa karena semuanya sudah merupakan ketetapan Allah. Oleh karena itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.”[11] [12]
Faedah Penting
Keimanan yang benar terhadap takdir akan membuahkan hal-hal penting, di antaranya sebagai berikut :
Pertama:
Hanya bersandar kepada Allah ketika melakukan berbagai sebab, dan tidak bersandar kepada sebab itu sendiri. Karena segala sesuatu tergantung pada takdir Allah.
Kedua:
Seseorang tidak sombong terhadap dirinya sendiri ketika tercapai tujuannya, karena keberhasilan yang ia dapatkan merupakan nikmat dari Allah, berupa sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan yang memang telah ditakdirkan oleh Allah. Kekaguman terhadap dirinya sendiri akan melupakan dirinya untuk mensyukuri nikmat tersebut.
Ketiga:
Munculnya ketenangan dalam hati terhadap takdir Allah yang menimpa dirinya, sehingga dia tidak bersedih atas hilangnya sesuatu yang dicintainya atau ketika mendapatkan sesuatu yang dibencinya. Sebab semuanya itu terjadi dengan ketentuan Allah. Allah berfirman,
مَآأَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {22} لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَافَاتَكُمْ وَلاَتَفْرَحُوا بِمَآ ءَاتَاكُمْ …{23}
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu…” (QS. Al Hadiid:22-23).[13]
Demikian paparan ringkas seputar keimanan terhadap takdir. Semoga bermanfaat. Alhamdulillahiladzi bi ni’matihi tatimmush shaalihat.
Antara Qodho’ dan Qodar
Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya, namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan.[1] Jika disebutkan qodho’ saja maka mencakup makna qodar, demikian pula sebaliknya. Namun jika disebutkan bersamaan, maka qodho’ maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qodar maknanya adalah sesuatu yang telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Dengan demikian qodar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qodho’.[2]
Empat Prinsip Keimanan kepada Takdir
Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah. Perlu kita ketahui bahwa keimanan terhadap takdir harus mencakup empat prinsip. Keempat prinsip ini harus diimani oleh setiap muslim.
Pertama:
Mengimani bahwa Allah Ta’ala mengetahui dengan ilmunya yang azali dan abadi tentang segala sesuatu yang terjadi baik perkara yang kecil maupun yang besar, yang nyata maupun yang tersembunyi, baik itu perbuatan yang dilakukan oleh Allah maupun perbuatan makhluknya. Semuanya terjadi dalam pengilmuan Allah Ta’ala.
Kedua:
Mengimanai bahwa Allah Ta’ala telah menulis dalam lauhul mahfudz catatan takdir segala sesuatu sampai hari kiamat. Tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat.
Dalil kedua prinsip di atas terdapat dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَافِي السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {70}
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah” (QS. Al Hajj:70).
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ {59}
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”” (QS. Al An’am:59).
Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi”[3]
Ketiga:
Mengimani bahwa kehendak Allah meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi. Semuanya terjadi atas kehendak Allah Ta’ala, baik itu perbuatan Allah sendiri maupun perbuatan makhluknya.
Keempat:
Mengimani dengan penciptaan Allah. Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi. Ciptaan Allah mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya. Perkataan dan perbuatan makhluk pun termasuk ciptaan Allah.
Dalil kedua prinsip di atas adalah firman Allah Ta’ala,
اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ {62} لَّهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِ اللهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ {63}
“.Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.”(QS. Az Zumar 62-63)
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَاتَعْمَلُونَ {96}
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu“.” (QS. As Shafat:96).[4]
Antara Kehendak Makhluk dan Kehendak-Nya
Beriman dengan benar terhadap takdir bukan berarti meniadakan kehendak dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena dalil syariat dan realita yang ada menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kehendak untuk melakukan sesuatu.
Dalil dari syariat, Allah Ta’ala telah berfirman tentang kehendak makhluk,
ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَن شَآءَ اتَّخَذَ إِلىَ رَبِّهِ مَئَابًا {39}
“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” (QS. An Nabaa’:39)
نِسَآؤُكُمْ حَرْثُ لَّكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ… {223}
“Isteri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. …”(Al Baqoroh:223)
Adapun tentang kemampuan makhluk Allah menjelaskan,
فَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لأَنفُسِكُمْ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ {16}
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta’atlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu . Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At Taghobun :16)
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا …{286}
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya….”(QS. Al Baqoroh:286)
Sedangkan realita yang ada menunjukkan bahwa setiap manusia mengetahui bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan. Dengan kehendak dan kemampuannya, dia melakukan atau meninggalkan sesuatu. Ia juga bisa membedakan antara sesuatu yang terjadi dengan kehendaknya (seperti berjalan), dengan sesuatu yang terjadi tanpa kehendaknya, (seperti gemetar atau bernapas). Namun, kehendak maupun kemampuan makhluk itu terjadi dengan kehendak dan kemampuan Allah Ta’la karena Allah berfirman,
لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At Takwiir:28-29). Dan karena semuanya adalah milik Allah maka tidak ada satu pun dari milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki oleh-Nya.[5]
Macam-Macam Takdir
Pembaca yang dirahmati Allah, perlu kita ketahui bahwa takdir ada beberapa macam:
[1] Takdir Azali.
Yakni ketetapan Allah sebelum penciptaan langit dan bumi ketika Allah Ta’ala menciptakan qolam (pena). Allah berfirman,
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلاَّ مَاكَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ {51}
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah:51)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallaam bersabda,
“… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”[6]
[2] Takdir Kitaabah.
Yakni pencatatan perjanjian ketika manusia ditanya oleh Allah:”Bukankah Aku Tuhan kalian?”. Allah Ta’ala berfirman,
} وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَآ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ {172} أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ ءَابَآؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَةً مِّن بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنًا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ {173}
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu ?” (QS. Al A’raaf 172-173).
[3] Takdir ‘Umri.
Yakni ketetapan Allah ketika penciptaan nutfah di dalam rahim, telah ditentukan jenis kelaminnya, ajal, amal, susah senangnya, dan rizkinya. Semuanya telah ditetapkan, tidak akan bertambah dan tidak berkurang. Allah Ta’ala berfirman,
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِنَ الْبَعْثِ فَإِناَّ خَلَقْنَاكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي اْلأَرْحَامِ مَانَشَآءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أُشُدَّكُمْ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّى وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلاَ يَعْلَمَ مِن بَعْدِ عِلْمٍ شَيْئًا وَتَرَى اْلأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَآءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ {5}
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al Hajj:5)
[4] Takdir Hauli.
Yakni takdir yang Allah tetapkan pada malam lailatul qadar, Allah menetapkan segala sesuatu yang terjadi dalam satu tahun. Allah berfirman,
حم {1} وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ {2} إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ {3} فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ {4} أَمْرًا مِّنْ عِندِنَآ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ {5}
“Haa miim . Demi Kitab (Al Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah , (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul” (QS. Ad Dukhaan:1-5)
[5] Takdir Yaumi.
Yakni pnentuan terjadinya takdir pada waktu yang telah ditakdirkan sbelumnya. Allah berfirman,
يَسْئَلُهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ {29}
“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan . “ (QS. Ar Rahmaan: 29). Ibnu Jarir meriwayatkan dari Munib bin Abdillah bin Munib Al Azdiy dari bapaknya berkata, “Rasulullah membaca firman Allah “ Setiap waktu Dia dalam kesibukan”, maka kami bertanya: Wahai Rasulullah apakah kesibukan yang dimaksud?. Rasulullah bersabda :” Allah mengampuni dosa, menghilangkan kesusahan, dan meninggikan suara serta merendahkan suara yang lain”[7]
Sikap Pertengahan Dalam Memahami Takdir
Diantara prinsip ahlus sunnah adalah bersikap pertengahan dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah, tidak sebagaimana sikap ahlul bid’ah. Ahlus sunnah beriman bahwa Allah telah menetapkan seluruh taqdir sejak azali, dan Allah mengetahui takdir yang akan terjadi pada waktunya dan bagaimana bentuk takdir tersebut, semuanya terjadi sesuai dengan takdir yang telah Allah tetapkan.
Adapun orang-orang yang menyelisihi Al Quran dan As Sunnah, mereka bersikap berlebih-lebihan. Yang satu terlalu meremehkan dan yang lain melampaui batas.
~ Kelompok Qodariyyah, mereka mengingkari adanya takdir. Mereka mengatakan bahwa Allah tidak menakdirkan perbuatan hamba. Menurut mereka perbuatan hamba bukan makhluk Allah, namun hamba sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Mereka mengingkari penciptaan Allah terhadap amal hamba.
~ Kelompok yang lain adalah yang terlalu melampaui batas dalam menetapkan takdir. Mereka dikenal dengan kelompok Jabariyyah. Mereka berlebihan dalam menetapkan takdir dan menafikan adanya kehendak hamba dalam perbuatannya. Mereka mengingkari adanya perbuatan hamba dan menisbatkan semua perbuatan hamba kepada Allah. Jadi seolah-olah hamba dipaksa dalam perbuatannya.[8]
Kedua kelompok di atas telah salah dalam memahai takdir sebagaimana ditunjukkan dalam banyak dalil. Di antaranya firman Allah ‘Azza wa Jalla,
لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. At Takwiir:28-29)
Pada ayat (yang artinya), “ (yaitu) bagi siapa di antara kamu yang menempuh jalan yang lurus” merupakan bantahan untuk Jabariyyah karena pada ayat ini Allah menetapkan adanya kehendak bagi hamba. Hal ini bertentangan dengan keyakinan mereka yang mengatakan bahwa hamba dipaksa tanpa memiliki kehendak. Kemudian Allah berfirman (yang artinya), “Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alam.” Dalam ayat ini terdapat bantahan untuk Qodariyah yang mengatakan bahwa kehendak manusia itu berdiri sendiri dan diciptakan oleh hamba tanpa sesuai dengan kehendak Allah karena Allah mengaitkan kehendak hamba dengan kehendak-Nya.[9]
Takdir Baik dan Takdir Buruk
Takdir terkadang disifati dengan takdir baik dan takdir buruk. Takdir yang baik sudah jelas maksudnya. Lalu apa yang dimaksud dengan takdir yang buruk? Apakah berarti Allah berbuat sesuatu yang buruk? Dalam hal ini kita perlu memahami antara takdir yang merupakan perbuatan Allah dan dampak/hasil dari perbuatan tersebut. Jika takdir disifati buruk, maka yang dimaksud adalah buruknnya sesuatu yang ditakdirkan tersebut, bukan takdir yang merupakan perbuatan Allah, karena tidak ada satu pun perbuatan Allah yang buruk. Seluruh perbuatan Allah mengandung kebaikan dan hikmah. Jadi keburukan yang dimaksud ditinjau dari sesuatu yang ditakdirkan/hasil perbuatan, bukan ditinjau dari perbuatan Allah. Untuk lebih jelasnya bisa kita contohkan sebagai berikut.
Seseorang yang terkena kanker tulang ganas pada kaki misalnya, terkadang membutuhkan tindakan amputasi (pemotongan bagian tubuh) untuk mencegah penyebaran kanker tersebut. Kita sepakat bahwa terpotongnya kaki adalah sesuatu yang buruk. Namun pada kasus ini, tindakan melakukan amputasi (pemotongan kaki) adalah perbuatan yang baik. Walaupun hasil perbuatannya buruk (yakni terpotongnya kaki), namun tindakan amputasi adalah perbuatan yang baik. Demikian pula dalam kita memahami takdir yang Allah tetapkan. Semua perbuatan Allah adalah baik, walaupun terkadang hasilnya adalah sesuatu yang tidak baik bagi hambanya.
Namun yang perlu diperhatikan, bahwa hasil takdir yang buruk terkadang di satu sisi buruk, akan tetapi mengandung kebaikan di sisi yang lain. Allah Ta’ala berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ {41}
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Ruum:41).
Kerusakan yang terjadi pada akhirnya menimbulkan kebaikan. Oleh karena itu, keburukan yang terjadi dalam takdir bukanlah keburukan yang hakiki, karena terkadang akan menimbulkan hasil akhir berupa kebaikan.[10]
Bersemangatlah, Jangan Hanya Bersandar Pada Takdir
Sebagian orang memiliki anggapan yang salah dalam memahami takdir. Mereka hanya pasrah terhadap takdir tanpa melakukan usaha sama sekali. Sunngguh, ini adalah kesalahan yang nyata. Bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita dari bersikap malas? Apabila kita sudah mengambil sebab dan mendapatkan hasil yang tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh sedih dan berputus asa karena semuanya sudah merupakan ketetapan Allah. Oleh karena itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.”[11] [12]
Faedah Penting
Keimanan yang benar terhadap takdir akan membuahkan hal-hal penting, di antaranya sebagai berikut :
Pertama:
Hanya bersandar kepada Allah ketika melakukan berbagai sebab, dan tidak bersandar kepada sebab itu sendiri. Karena segala sesuatu tergantung pada takdir Allah.
Kedua:
Seseorang tidak sombong terhadap dirinya sendiri ketika tercapai tujuannya, karena keberhasilan yang ia dapatkan merupakan nikmat dari Allah, berupa sebab-sebab kebaikan dan keberhasilan yang memang telah ditakdirkan oleh Allah. Kekaguman terhadap dirinya sendiri akan melupakan dirinya untuk mensyukuri nikmat tersebut.
Ketiga:
Munculnya ketenangan dalam hati terhadap takdir Allah yang menimpa dirinya, sehingga dia tidak bersedih atas hilangnya sesuatu yang dicintainya atau ketika mendapatkan sesuatu yang dibencinya. Sebab semuanya itu terjadi dengan ketentuan Allah. Allah berfirman,
مَآأَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {22} لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَافَاتَكُمْ وَلاَتَفْرَحُوا بِمَآ ءَاتَاكُمْ …{23}
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu…” (QS. Al Hadiid:22-23).[13]
Demikian paparan ringkas seputar keimanan terhadap takdir. Semoga bermanfaat. Alhamdulillahiladzi bi ni’matihi tatimmush shaalihat.
Rabu, 01 Desember 2010
,,,"Sahabat Pengkhianat",,,
Aku kecewa sahabat
Sahabat……………….
Kau hadir dalam suka dan dukakuDikala aku sedih kau adaDikala aku suka kau juga ada
Sahabat………………….
Jika kehadiranku selama ini kau anggap sampahJika perkataanku selama ini kau anggap lukaMaka maafkanlah akuTapi, kau harus tahu aku berusaha menjadi sahabat sejatimuBahkan bukan hanya sahabat, aku anggap kau saudaraku
Sahabat……
Selama ini aku mengenali betul sifatmuTapi, aku keliru bahkan aku tak tau sifat aslimuAku tak dapat bedakan mana kebaikanmu yang asli dan yang palsuAku hanya berpikir semuanya itu baikKau hebat, kau menang, aku mengaku kalah
Sahabat……
Seandainya aku boleh meminta aku akan putar waktu iniAku tak ingin mengenal orang yang aku pikir baik selama iniMenusukku dari belakang, kau beberkan kejelekanku pada orang lainAku juga tak menyangka ada orang yang masih baik padakuUntuk mengingatkanku siapa sebenarnya kamuKau hanya hiasi kebusukanmu dengan basa-basimuSungguh aku tak sangka kau balas persahabatan ini dengan ituMungkin arti sahabat bagimu seperti itu
Sahabat……
.Akhir – akhir ini aku banyak mengalahPadahal kamu tahu itu bukan sifatkuTapi demi persahabatan aku lakukan ituAku mencoba tak percaya omongan orangTapi hari demi hari aku muak dengan sifat dan tingkahmuYang membuat aku percaya semua itu
Sahabat…,.
Aku salut dengan actingmu selama iniAku pikir kau bijaksanaTerrnyata benar kau bijaksana sekaliSampai bijaksana dalam hal membohongi
Sahabat……
Aku baru tahu bahwa kau baik padaku ada yang kau butuh darikuSetelah kau tak butuhkanku kau tunjukan sifat aslimuSekali lagi kau hebat, hebat sunggguh hebat
Sahabat ……
Aku tak pernah menyesal kenal denganmuKarena aku bisa belajar sifat sifat seperti ituAku tetap berterima kasih padamu atas kebaikanmu selama ini walau itu palsuAku berharap dan berdoa ini terakhir kalinya aku punya sahabat palsu
Sahabat ……
Aku hanya bisa berdoa semoga kebaikanmu yang asli dibalas yang maha kuasaDan kebaikanmu yang palsu dihapus dosanya
Sahabat ……
Tapi, kamu harus tahu satu hal dalam dirikuBahwa aku tidak pernah bisa membencimuDan aku juga tulus bersahabat denganmuAku akan senantiasa membantumu selama aku mampuMaafkanku jika selama ini membuatmu terpaksa baik padakuSekali lagi aku minta maaf !
Tangerang,Oktober 2010
"PL"
Sahabat……………….
Kau hadir dalam suka dan dukakuDikala aku sedih kau adaDikala aku suka kau juga ada
Sahabat………………….
Jika kehadiranku selama ini kau anggap sampahJika perkataanku selama ini kau anggap lukaMaka maafkanlah akuTapi, kau harus tahu aku berusaha menjadi sahabat sejatimuBahkan bukan hanya sahabat, aku anggap kau saudaraku
Sahabat……
Selama ini aku mengenali betul sifatmuTapi, aku keliru bahkan aku tak tau sifat aslimuAku tak dapat bedakan mana kebaikanmu yang asli dan yang palsuAku hanya berpikir semuanya itu baikKau hebat, kau menang, aku mengaku kalah
Sahabat……
Seandainya aku boleh meminta aku akan putar waktu iniAku tak ingin mengenal orang yang aku pikir baik selama iniMenusukku dari belakang, kau beberkan kejelekanku pada orang lainAku juga tak menyangka ada orang yang masih baik padakuUntuk mengingatkanku siapa sebenarnya kamuKau hanya hiasi kebusukanmu dengan basa-basimuSungguh aku tak sangka kau balas persahabatan ini dengan ituMungkin arti sahabat bagimu seperti itu
Sahabat……
.Akhir – akhir ini aku banyak mengalahPadahal kamu tahu itu bukan sifatkuTapi demi persahabatan aku lakukan ituAku mencoba tak percaya omongan orangTapi hari demi hari aku muak dengan sifat dan tingkahmuYang membuat aku percaya semua itu
Sahabat…,.
Aku salut dengan actingmu selama iniAku pikir kau bijaksanaTerrnyata benar kau bijaksana sekaliSampai bijaksana dalam hal membohongi
Sahabat……
Aku baru tahu bahwa kau baik padaku ada yang kau butuh darikuSetelah kau tak butuhkanku kau tunjukan sifat aslimuSekali lagi kau hebat, hebat sunggguh hebat
Sahabat ……
Aku tak pernah menyesal kenal denganmuKarena aku bisa belajar sifat sifat seperti ituAku tetap berterima kasih padamu atas kebaikanmu selama ini walau itu palsuAku berharap dan berdoa ini terakhir kalinya aku punya sahabat palsu
Sahabat ……
Aku hanya bisa berdoa semoga kebaikanmu yang asli dibalas yang maha kuasaDan kebaikanmu yang palsu dihapus dosanya
Sahabat ……
Tapi, kamu harus tahu satu hal dalam dirikuBahwa aku tidak pernah bisa membencimuDan aku juga tulus bersahabat denganmuAku akan senantiasa membantumu selama aku mampuMaafkanku jika selama ini membuatmu terpaksa baik padakuSekali lagi aku minta maaf !
Tangerang,Oktober 2010
"PL"
Jumat, 12 November 2010
,,,~"MELURUSKAN KEMBALI MAKNA TOLERANSI DALAM ISLAM"~,,,
بسم الله الرحمن الرحيم
Di dalam Islam, juga dikenal istilah toleransi. Toleransi (tasamuh) di dalam Islam hanya berkenaan dengan masalah – masalah duniawiyyah / masalah kemasyarakatan di dunia saja. Sedangkan dalam masalah i’tiqad / aqidah Islamiyyah juga dalam masalah syari’ah tidak diketemukan toleransi di dalamnya. Semua sudah terbingkai rapi dan teratur di dalam satu aturan / perundang – undangan yang berasal langsung dari Alloh (Tuhan Segala makhluk) dengan sistem aturan dari ‘langit’.
Banyak orang yang tidak tau apa – apa tentang ad-din (agama) ini dan berkata : “ayat toleransi dalam Islam adalah surat Al Kaafiruun ayat 6, ya’ni, untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.”
Dengan kejahilan (kebodohan) mereka, mereka menjadikan Al Kaafiruun : 6 sebagai dalil toleransi antar ummat beragama. Padahal, dari sebab – sebab turunnya ayat itu (asbabun nuzul) sendiri sudah terlihat bahwa Rasulullah –Shollallohu ‘Alayhi wa Salaam- TIDAK MAU BERTOLERANSI dalam masalah aqidah.
Sangat jelaslah ketika itu para dedengkot kekafiran seperti Al-Walid bin Al-Mughirah, Al-'Ashi bin Wa-il, Al-Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah saw dan berkata: "Wahai Muhammad! Mari kita bersama - sama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami." Lalu para kafir itu pun menjanjikan beberapa imbalan seperti harta yang berlimpah, sehingga akan membuat Rasulullah SAW menjadi lelaki yang terkaya di kota Makkah, juga mereka (kafir Quraisy) akan menikahkannya dengan wanita – wanita yang cantik. Lalu mereka berkata : “Semuanya itu adalah untukmu, hai Muhammad, asal kamu cegah dirimu dari mencaci maki tuhan - tuhan kami dan jangan pula kamu menyebut - nyebutnya dengan sebutan yang buruk. Jika kamu tidak mau, maka sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun dan kami akan mengikuti pula agamamu selama setahun.”
Tapi, apa jawab orang yang Alloh telah pilih menjadi kekasih-Nya itu, "Tunggulah sampai ada wahyu yang turun kepadaku dari Robbku." Lalu seketika itu, Alloh Jalla JalalluHu menurunkan firman-Nya :
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (Al Kaafiruun : 1-6)
Lalu Alloh menurunkan firman-Nya lagi, Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Alloh, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?" (Az Zumar : 64)
Setelah mendengar keterangan itu, lalu pergilah mereka dengan tangan hampa dan dalam keadaan hina dina.
Jadi sangatlah jelas bahwa Alloh ‘Azza wa Jalla melarang Rasul-Nya untuk bertoleransi dalam masalah aqidah dan syari’ah kepada orang kafir bahkan di ayat itu juga, secara tidak langsung Alloh melalui Nabi-Nya menyuruh ummatnya agar menyebut mereka (yang bukan Islam) dengan sebutan Kafir (orang yang ingkar kepada Alloh).
Tidak pernah Alloh menyebut mereka ataupun orang semacam mereka dengan sebutan “Yaa Ayyuha Ghoirul Muslimuun (Wahai, orang – orang non-Islam)”, tapi Alloh menyebut mereka dengan sebutan “Yaa Ayyuhal Kaafiruun (Wahai, orang – orang kafir). Meskipun agak terdengar kasar (bagi orang Indonesia) tetapi itulah sebutan langsung dari Alloh ‘Azza wa Jalla untuk mereka, dan kita wajib mengikutinya. Tidak oleh membantahnya. Hal itu semata – mata hanya untuk menyatakan bahwa Islam tidak bisa bertoleransi dalam hal aqidah.
Toleransi Saat Ini
Sebetulnya, tidak ada bedanya antara toleransi ummat beragama zaman ini dengan toleransi ummat beragama zaman dulu (ya’ni zaman Nabi SAW dan para Shahabatnya RA), dimana toleransi itu hanya sebatas mu’amalah duniawiyyah saja.
Bahkan, jika dilihat kenyataannya saat ini kaum Kafir tidak ada sikap toleransinya sama sekali terhadap kaum Muslimin. Bahkan masalah duniapun mereka memusuhi ummat yang telah dibangun atas dasar tauhid ini.
Telah benarlah firman Alloh Tabaroka wa Ta’Ala :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Alloh itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Alloh tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al Baqarah : 120)
“Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” (Ali Imran : 118)
Sekarang, orang kafir yang ‘katanya’ memperjuangkan HAM (Hak Azasi Manusia) malah ramai – ramai menyerbu kaum Muslimin dengan berbagai macam fitnah besar yang keji. Salah satu fitnah besar yang keji itu bernama ‘terorisme’. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang yang mengaku – aku dirinya sebagai pengamat ‘terorisme’, “jika anda ingin melihat ciri-ciri embrio-embrio teroris, lihat saja orang – orang yang ingin memperjuangkan syari’at, memperjuangkan khilafah Islamiyyah, itulah ciri-ciri teroris.”
Sungguh, itu adalah suatu pernyataan bodoh yang menyakiti kaum Muslimin ‘yang sadar’. Bahkan sampai – sampai, mereka membuat pernyataan, “Jika Menemukan Orang Yang Berjenggot, Berjubah, dan Bersorban, Harap Lapor.”
Nampaknya, musuh – musuh Islam ingin menggiring opini kepada masyarakat bahwa apapun yang berhubungan dengan syari’at Islam dan Khilafah Islamiyyah adalah ideologi terorisme. Jika sudah begitu, agama Islam akan ditinggalkan dan akan digantikan oleh agama hewan, yang bebas menjalankan maksiyat dimana – mana.
Dari Shahabat Abu Hurairah ra; Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan, dimana PENDUSTA DIBENARKAN, sedangkan ORANG JUJUR DIDUSTAKAN, PENGKHIANAT DIPERCAYA, sedangkan ORANG AMANAT DIANGGAP PENGKHIANAT, Pada masa itu Ruwaibidhah berbicara.” Beliau saw ditanya : “Apakah Ruwaibidhah itu wahai Rasulullah ? Beliau saw bersabda : “Orang bodoh yang berbicara tentang persoalan (masalah) yang banyak.”
(HR. Ibnu Majah no. 4023, Ahmad no. 7571, dan Al-Hakim no. 8708. Dinyatakan HASAN oleh Ahmad Syakir, dan SHAHIH oleh Ibnu Katsir dan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadist Ash Shahihah no. 1887 dan Shahih Al Jami’ Ash Shagir no. 3650)
Jadi, toleransi kaum kafir terhadap kaum Muslim hanyalah isapan jempol semata. Mereka memusuhi kaum Muslim dengan permusuhan yang besar. Bahkan sampai – sampai, mereka mampu membuat lidah saudara – saudara kita (yang awam) latah (ikut – ikutan) menyebut saudara/saudarinya sebagai ‘teroris’. Dan sampai sekarang pun, apa dan siapa yang disebut ‘teroris’, itu masih belum jelas.
Islam Tidak Memaksa
Islam sendiri tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam Islam. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam),” (Al Baqarah : 256)
Tapi perlu diingat, masih ada lanjutan dari satu ayat itu, “sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (Al Baqarah : 256)
Islam tidak mengenal paksaan, karena paksaan hanya melahirkan ketidak setiaan bahkan ketidak ikhlasan, oleh karena itu Islam hanya mengenal ajakan. Ajakan kepada Islam adalah dakwah Islamiyyah yang mengajak manusia yang masih berkubang di dalam lumpur kejahiliyahan (kebodohan / ketidak pahaman masalah ad-din) ke dalam cahaya yang terang benderang. Oleh karena itu al-Islam juga bermakna yang membedakan antara yang Haq (Jalan yang Benar) dengan yang Bathil (Jalan yang Sesat).
Di dalam membedakan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat / bathil, Islam tidak mengenal kompromi apalagi toleransi, karena itu menyangkut hal yang prinsip (aqidah). Jadi, inti dari ayat ‘tidak ada paksaan dalam Islam’ itu tidak ada hubungannya dengan kompromi atau toleransi dengan kekafiran dan kemaksiyatan. Tiap – tiap yang mengaku ummat Islam wajib menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia guna menancapkan kemuliaan Islam yang didasari dengan akhlak dan prinsip (aqidah) yang baik.
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Alloh memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Al Ma’idah : 67)
Toleransi Yang Dinginkan si Kafir
Orang – orang kafir menginginkan agar kita sebagai ummat Islam mau mengikuti tata cara mereka sebagai salah satu toleransi / loyalitas pada mereka. Padahal Islam sangat melarang berloyalitas pada kaum Kafir karena loyalitas yang dilakukan akan menimbulkan al-Muwaalaah (kecintaan) pada si kafir, jika sudah cinta, maka Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Alloh.” (An Nisaa’ : 89)
Kita dilarang menjadi penolong dalam agama – agama mereka. Seperti, mereka menginginkan kita ikut serta dalam perayaan hari raya mereka. Mereka juga menginginkan kita mensahkan apa – apa yang mereka lakukan, seperti minum khomr, makan daging – daging yang haram (anjing, babi, dsb), membuat rumah ibadah mereka berzina, pacaran, mengghibah, dan lainnya. Yang pada akhirnya, mereka menyuruh agar kita menghargai pemurtadan yang mereka lakukan.
Maka dari itu, kita harus mempunyai sikap al-Mu’aadaah (membenci). Membenci siapa yang dimaksud ? Membenci karena Alloh, membenci apapun yang bertentangan dengan hukum Qur’an dan Sunnah, membenci siapapun yang membenci Alloh dan Rosul-Nya, membenci apa – apa yang selain Alloh.
Rasulullah -shollallohu 'alayhi wa sallam- pernah bersabda : “Siapa saja yang mencintai karena Alloh dan membenci karena Alloh, memberi karena Alloh dan melarang karena Alloh, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan imannya.” (HR. Abu Daud, dishohihkan oleh Al Abani)
Dan siapa saja yang mencintai tidak karena Alloh dan membenci tidak karena Alloh, bahkan dia membenci Alloh, Rosul dan penganut agama-Nya, maka ia telah Kafir. Atau membenci Alloh saja maka ia sudah Kafir. Atau membenci Rosul-Nya saja maka ia juga Kafir, atau membenci penganut agama-Nya saja, maka ia juga telah Kafir.
Jadi pada intinya, orang – orang kafir menginginkan kita bertoleransi terhadap mereka dengan cara kita (kaum Muslimin) harus :
1. Mengikuti perayaan hari besar / raya mereka, seperti ; Natal bersama, Nyepi bersama, Paskah bersama, perayaan hari valentine, perayaan malam tahun baru serta ikut serta dalam pembuatan / memeriahkan hari besar mereka.
2. Mensahkan pendirian bangunan ibadah mereka, seperti Gereja, Pura, Wihara, dan tempat tempat penyembahan berhala lainnya yang dibangun di tengah – tengah komunitas kaum Muslimin.
3. Mengikuti atau membenarkan apa – apa yang mereka lakukan, seperti ibadahnya mereka, minum – minuman haramnya mereka, pemurtadan yang mereka lakukan, dll.
4. Menampakkan kebahagiaan / kesenangan jika hari raya mereka tiba.
Kesemuanya itu adalah HARAM dilakukan oleh ummat Islam, bahkan tidak boleh terlintas di dalam hati ummat Islam sedikitpun.
Dari Abu Sa'id al-Khudry bahwasanya Rasulullah -shollaLLohu 'alayhi wa sallam- bersabda: "Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga andaikata mereka menelusuri / masuk ke lubang biawak, niscaya kalian akan masuk ke dalamnya juga. Para Shahabat –radhiyaLLohu ‘anhum ‘ajma’in- bertanya : "Wahai Rasulullah! Apakah (mereka itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?". Beliau -shollaLLohu 'alayhi wa sallam- bersabda: "Siapa lagi (kalau bukan mereka).” (HR. Bukhari)
Islam Melarang Mengambil Orang – Orang Kafir Sebagai Teman
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim." (Al Maa’idah: 51)
Ibnu Hazm telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa loyal (wala’) pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. (Kitab Al Muhalla, Ibnu Hazm, jilid 11, hal 138)
Bahkan, Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata: Abdullah bin 'Utbah berkata, "hendaknya salah seorang mereka berhati-hati agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya, berdasarkan ayat ini."
Islam melarang kita menjadikan orang – orang kafir dan musyrik sebagai pemimpin, karena dikhawatirkan bahkan diyakini bahwa mereka akan memimpin dengan kekafiran, kemaksiyatan dan kebodohannya. Islam juga melarang mengambil mereka sebagai teman dekat (shahabat), dikhawatirkan dia (si kafir) akan menjerumuskan kita ke dalam kekafirannya.
Rasulullah -shollaLLohu 'alayhi wa sallam- pernah berpesan : “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Di hadist tersebut Nabi -shollaLLohu 'alayhi wa sallam- memberikan pesan yang tersirat, bahwa kita harus mengambil orang Mukmin saja sebagai teman.
Bahkan orang – orang Muslim yang mengambil orang – orang kafir sebagai teman, diancam oleh Alloh dengan siksaan yang pedih,
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,” (An Nisaa’ : 138)
Siapa yang dimaksud dengan orang – orang munafik ?
“(ya’ni) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Alloh.” (An Nisaa’ : 139)
Akan tetapi, Islam membolehkan kita berbuat adil terhadap orang kafir, dengan catatan ; si kafir tersebut TIDAK MEMERANGI DAN MEMBENCI KAUM MUSLIMIN.
“Alloh tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang TIDAK MEMERANGIMU karena agama dan TIDAK JUGA MENGUSIR KAMU dari negerimu. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al Mumtahanah : 8)
Jika si kafir tidak memerangi dan membenci kaum Muslimin karena agama juga tidak mengusir kita dari negeri kita (tidak menjajah). Maka kita boleh berbuat adil kepada mereka (ya’ni, memberikan hak – haknya). Berbuat adil disini bukan berarti loyal (mencintai serta menjadi penolong) terhadap mereka. Tetap, kita tidak boleh bertoleransi dalam hal aqidah. Tetap kita harus berlepas diri dari kekufuran mereka.
Ibnu Katsir -rahimahullah- menjelaskan makna ayat tersebut, “Alloh tidak melarang kalian berbuat ihsan (baik) terhadap orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin dalam agama dan juga tidak menolong mengeluarkan wanita dan orang-orang lemah, ya’ni Alloh tidak melarang kita untuk berbuat baik dan berbuat adil kepada mereka. Karena sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muhaqqiq: Sami bin Muhammad Salamah, jilid 8 hal 90, terbitan Dar At Thoyibah, cetakan kedua, 1420 H)
Islam Menghargai Pluralitas Agama Tapi Tidak Untuk Pluralisme Agama
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Alloh menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Huud : 188 – 119)
Imam Qotadah –rahimahullah- menjelaskan : “Kalaulah Alloh menghendaki, tentu Dia akan menjadikan seluruh umat manusia ini sebagai Muslimin.” (Kitab Jami’ul Bayan jilid 7, hal 137 nomor 18712)
“Tetapi mereka senantiasa berikhtilaf (berselisih pendapat) … .” Dari perselisihan itu bercerailah antara dua kubu, sebagian menjadi Kafir dan sebagian lagi menjadi Mukmin.
Seorang kafir berhak untuk tetap dalam agamanya, tapi di akhirat, ia harus mempertanggung jawabkan atas pilihannya itu. Tapi tetap, kaum Muslim wajib mengajak mereka dengan seruan Islam.
Islam pun menghargai adanya pluralitas (kemajemukan, keberagaman, perbedaan) agama –selama kemajemukan itu tidak memerangi, menistai dan melecehkan agama Islam-, akan tetapi Islam tidak menerima pluralisme agama. Jika pluralitas diubah menjadi isme (suatu paham yang harus diyakini keberadaannya) maka otomatis Islam harus membenarkan keimanan / prinsip dasar orang kafir. Maka dari itu, ajaran Islam menolak pluralisme agama dan tidak memungkiri adanya pluralitas agama.
Perlu diketahui, kesesatan pluralisme dalam beragama bisa berdampak buruk :
1. Pernikahan beda agama, yang akan melahirkan anak yang cacat aqidah dan akhlaknya. Dan Alloh pun tidak merestui / meridhoi pernikahan itu. "Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedangkan Alloh mengajak ke sorga dan ampunan dengan izin-Nya." (Al Baqarah : 221) Dan para ulama’ SEPAKAT bahwa, pernikahan tersebut (beda agama) termasuk dari zina dan dosa besar, juga harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
2. Akan munculnya orang – orang yang bodoh (jahil) dalam perkara ad-din (agama), karena semua agama dijadikan satu dan diaduk secara sistematis dengan pemikiran yang berasal dari akal insani dan membuang wahyu Ilahi Yang Suci. Jika sudah begitu, maka lahirlah orang – orang bodoh yang berpengetahuan agama yang kosong.
3. Akan munculnya kesesatan dimana – mana, karena kebohodan dalam perkara agama. Orang – orang yang mengusung ideologi pluralisme agama akan menafsirkan ayat – ayat suci berdasarkan percampur adukkan dari semua agama. Jika sudah begitu, agama bukan lagi suatu produk dari langit (Alloh), tapi sudah berupa produk dari manusia (ciptaan Alloh).
4. Akan terjadi kemaksiyatan dimana – mana. Agama mengajarkan menyeru orang untuk berbuat baik / ma’ruf dan mencegah dari hal – hal yang munkar / maksiyat. Jika pluralisme agama sudah merebak di suatu masyarakat, maka hal – hal yang ma’ruf akan dianggap menjadi hal yang munkar / maksiyat, sedangkan hal – hal yang munkar / maksiyat dianggap sebagai hal – hal yang ma’ruf / baik.
Jika sudah begitu, orang – orang yang tidak mau agamanya dilecehkan, dinistakan bahkan dicampur aduk dengan agama lain, mereka akan mempertahankan agamanya dengan caranya sendiri.
Maka dari itu, Islam sangat menolak apapun bentuk pluralisme dalam beragama. Dan tiada toleransi maupun kompromi dengan pluralisme agama. Karena itu (pluralisme agama) bisa menjadi indikasi senjata orang – orang kafir untuk menghancurkan agama Alloh Yang Mulia ini.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Alloh membalas tipu daya mereka itu. Dan Alloh sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali Imran : 54)
Kesimpulan
Pada intinya, Islam tidak mengajarkan toleransi dan kompromi dalam masalah yang sifatnya i’tiqadiyyah (aqidah / prinsip) atau yang berkaitan dalam masalah ukhrowi / akhirat seorang Muslim. Dan haram bagi ummat Islam untuk membenarkan aqidah keimanan orang – orang kafir dan musyrik serta bergembira atau ikut – ikutan pada acara hari raya mereka.
Dan ummat Islam dilarang mengikuti fatwa – fatwa ulama’ sesat yang bergelar akademis tinggi sekalipun, yang membolehkan bertoleransi kepada kaum kafir dalam masalah – masalah yang terkait di atas. Mereka sengaja memadamkan cahaya agama Alloh dengan pemikiran – pemikiran mereka dengan cara memanipulasi hujjah dan argumentasi serta melecehkan ayat – ayat Al Qur’an Yang Suci. Dan ummat Islam tidak boleh tertipu dengan orang – orang semacam itu. (Abu Hamzah)
Di dalam Islam, juga dikenal istilah toleransi. Toleransi (tasamuh) di dalam Islam hanya berkenaan dengan masalah – masalah duniawiyyah / masalah kemasyarakatan di dunia saja. Sedangkan dalam masalah i’tiqad / aqidah Islamiyyah juga dalam masalah syari’ah tidak diketemukan toleransi di dalamnya. Semua sudah terbingkai rapi dan teratur di dalam satu aturan / perundang – undangan yang berasal langsung dari Alloh (Tuhan Segala makhluk) dengan sistem aturan dari ‘langit’.
Banyak orang yang tidak tau apa – apa tentang ad-din (agama) ini dan berkata : “ayat toleransi dalam Islam adalah surat Al Kaafiruun ayat 6, ya’ni, untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.”
Dengan kejahilan (kebodohan) mereka, mereka menjadikan Al Kaafiruun : 6 sebagai dalil toleransi antar ummat beragama. Padahal, dari sebab – sebab turunnya ayat itu (asbabun nuzul) sendiri sudah terlihat bahwa Rasulullah –Shollallohu ‘Alayhi wa Salaam- TIDAK MAU BERTOLERANSI dalam masalah aqidah.
Sangat jelaslah ketika itu para dedengkot kekafiran seperti Al-Walid bin Al-Mughirah, Al-'Ashi bin Wa-il, Al-Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf menemui Rasulullah saw dan berkata: "Wahai Muhammad! Mari kita bersama - sama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami." Lalu para kafir itu pun menjanjikan beberapa imbalan seperti harta yang berlimpah, sehingga akan membuat Rasulullah SAW menjadi lelaki yang terkaya di kota Makkah, juga mereka (kafir Quraisy) akan menikahkannya dengan wanita – wanita yang cantik. Lalu mereka berkata : “Semuanya itu adalah untukmu, hai Muhammad, asal kamu cegah dirimu dari mencaci maki tuhan - tuhan kami dan jangan pula kamu menyebut - nyebutnya dengan sebutan yang buruk. Jika kamu tidak mau, maka sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun dan kami akan mengikuti pula agamamu selama setahun.”
Tapi, apa jawab orang yang Alloh telah pilih menjadi kekasih-Nya itu, "Tunggulah sampai ada wahyu yang turun kepadaku dari Robbku." Lalu seketika itu, Alloh Jalla JalalluHu menurunkan firman-Nya :
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (Al Kaafiruun : 1-6)
Lalu Alloh menurunkan firman-Nya lagi, Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Alloh, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?" (Az Zumar : 64)
Setelah mendengar keterangan itu, lalu pergilah mereka dengan tangan hampa dan dalam keadaan hina dina.
Jadi sangatlah jelas bahwa Alloh ‘Azza wa Jalla melarang Rasul-Nya untuk bertoleransi dalam masalah aqidah dan syari’ah kepada orang kafir bahkan di ayat itu juga, secara tidak langsung Alloh melalui Nabi-Nya menyuruh ummatnya agar menyebut mereka (yang bukan Islam) dengan sebutan Kafir (orang yang ingkar kepada Alloh).
Tidak pernah Alloh menyebut mereka ataupun orang semacam mereka dengan sebutan “Yaa Ayyuha Ghoirul Muslimuun (Wahai, orang – orang non-Islam)”, tapi Alloh menyebut mereka dengan sebutan “Yaa Ayyuhal Kaafiruun (Wahai, orang – orang kafir). Meskipun agak terdengar kasar (bagi orang Indonesia) tetapi itulah sebutan langsung dari Alloh ‘Azza wa Jalla untuk mereka, dan kita wajib mengikutinya. Tidak oleh membantahnya. Hal itu semata – mata hanya untuk menyatakan bahwa Islam tidak bisa bertoleransi dalam hal aqidah.
Toleransi Saat Ini
Sebetulnya, tidak ada bedanya antara toleransi ummat beragama zaman ini dengan toleransi ummat beragama zaman dulu (ya’ni zaman Nabi SAW dan para Shahabatnya RA), dimana toleransi itu hanya sebatas mu’amalah duniawiyyah saja.
Bahkan, jika dilihat kenyataannya saat ini kaum Kafir tidak ada sikap toleransinya sama sekali terhadap kaum Muslimin. Bahkan masalah duniapun mereka memusuhi ummat yang telah dibangun atas dasar tauhid ini.
Telah benarlah firman Alloh Tabaroka wa Ta’Ala :
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Alloh itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Alloh tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al Baqarah : 120)
“Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” (Ali Imran : 118)
Sekarang, orang kafir yang ‘katanya’ memperjuangkan HAM (Hak Azasi Manusia) malah ramai – ramai menyerbu kaum Muslimin dengan berbagai macam fitnah besar yang keji. Salah satu fitnah besar yang keji itu bernama ‘terorisme’. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang yang mengaku – aku dirinya sebagai pengamat ‘terorisme’, “jika anda ingin melihat ciri-ciri embrio-embrio teroris, lihat saja orang – orang yang ingin memperjuangkan syari’at, memperjuangkan khilafah Islamiyyah, itulah ciri-ciri teroris.”
Sungguh, itu adalah suatu pernyataan bodoh yang menyakiti kaum Muslimin ‘yang sadar’. Bahkan sampai – sampai, mereka membuat pernyataan, “Jika Menemukan Orang Yang Berjenggot, Berjubah, dan Bersorban, Harap Lapor.”
Nampaknya, musuh – musuh Islam ingin menggiring opini kepada masyarakat bahwa apapun yang berhubungan dengan syari’at Islam dan Khilafah Islamiyyah adalah ideologi terorisme. Jika sudah begitu, agama Islam akan ditinggalkan dan akan digantikan oleh agama hewan, yang bebas menjalankan maksiyat dimana – mana.
Dari Shahabat Abu Hurairah ra; Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh penipuan, dimana PENDUSTA DIBENARKAN, sedangkan ORANG JUJUR DIDUSTAKAN, PENGKHIANAT DIPERCAYA, sedangkan ORANG AMANAT DIANGGAP PENGKHIANAT, Pada masa itu Ruwaibidhah berbicara.” Beliau saw ditanya : “Apakah Ruwaibidhah itu wahai Rasulullah ? Beliau saw bersabda : “Orang bodoh yang berbicara tentang persoalan (masalah) yang banyak.”
(HR. Ibnu Majah no. 4023, Ahmad no. 7571, dan Al-Hakim no. 8708. Dinyatakan HASAN oleh Ahmad Syakir, dan SHAHIH oleh Ibnu Katsir dan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadist Ash Shahihah no. 1887 dan Shahih Al Jami’ Ash Shagir no. 3650)
Jadi, toleransi kaum kafir terhadap kaum Muslim hanyalah isapan jempol semata. Mereka memusuhi kaum Muslim dengan permusuhan yang besar. Bahkan sampai – sampai, mereka mampu membuat lidah saudara – saudara kita (yang awam) latah (ikut – ikutan) menyebut saudara/saudarinya sebagai ‘teroris’. Dan sampai sekarang pun, apa dan siapa yang disebut ‘teroris’, itu masih belum jelas.
Islam Tidak Memaksa
Islam sendiri tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam Islam. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam),” (Al Baqarah : 256)
Tapi perlu diingat, masih ada lanjutan dari satu ayat itu, “sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (Al Baqarah : 256)
Islam tidak mengenal paksaan, karena paksaan hanya melahirkan ketidak setiaan bahkan ketidak ikhlasan, oleh karena itu Islam hanya mengenal ajakan. Ajakan kepada Islam adalah dakwah Islamiyyah yang mengajak manusia yang masih berkubang di dalam lumpur kejahiliyahan (kebodohan / ketidak pahaman masalah ad-din) ke dalam cahaya yang terang benderang. Oleh karena itu al-Islam juga bermakna yang membedakan antara yang Haq (Jalan yang Benar) dengan yang Bathil (Jalan yang Sesat).
Di dalam membedakan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat / bathil, Islam tidak mengenal kompromi apalagi toleransi, karena itu menyangkut hal yang prinsip (aqidah). Jadi, inti dari ayat ‘tidak ada paksaan dalam Islam’ itu tidak ada hubungannya dengan kompromi atau toleransi dengan kekafiran dan kemaksiyatan. Tiap – tiap yang mengaku ummat Islam wajib menyebarkan ajaran Islam ke seluruh penjuru dunia guna menancapkan kemuliaan Islam yang didasari dengan akhlak dan prinsip (aqidah) yang baik.
“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Alloh memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Al Ma’idah : 67)
Toleransi Yang Dinginkan si Kafir
Orang – orang kafir menginginkan agar kita sebagai ummat Islam mau mengikuti tata cara mereka sebagai salah satu toleransi / loyalitas pada mereka. Padahal Islam sangat melarang berloyalitas pada kaum Kafir karena loyalitas yang dilakukan akan menimbulkan al-Muwaalaah (kecintaan) pada si kafir, jika sudah cinta, maka Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Alloh.” (An Nisaa’ : 89)
Kita dilarang menjadi penolong dalam agama – agama mereka. Seperti, mereka menginginkan kita ikut serta dalam perayaan hari raya mereka. Mereka juga menginginkan kita mensahkan apa – apa yang mereka lakukan, seperti minum khomr, makan daging – daging yang haram (anjing, babi, dsb), membuat rumah ibadah mereka berzina, pacaran, mengghibah, dan lainnya. Yang pada akhirnya, mereka menyuruh agar kita menghargai pemurtadan yang mereka lakukan.
Maka dari itu, kita harus mempunyai sikap al-Mu’aadaah (membenci). Membenci siapa yang dimaksud ? Membenci karena Alloh, membenci apapun yang bertentangan dengan hukum Qur’an dan Sunnah, membenci siapapun yang membenci Alloh dan Rosul-Nya, membenci apa – apa yang selain Alloh.
Rasulullah -shollallohu 'alayhi wa sallam- pernah bersabda : “Siapa saja yang mencintai karena Alloh dan membenci karena Alloh, memberi karena Alloh dan melarang karena Alloh, maka sesungguhnya ia telah menyempurnakan imannya.” (HR. Abu Daud, dishohihkan oleh Al Abani)
Dan siapa saja yang mencintai tidak karena Alloh dan membenci tidak karena Alloh, bahkan dia membenci Alloh, Rosul dan penganut agama-Nya, maka ia telah Kafir. Atau membenci Alloh saja maka ia sudah Kafir. Atau membenci Rosul-Nya saja maka ia juga Kafir, atau membenci penganut agama-Nya saja, maka ia juga telah Kafir.
Jadi pada intinya, orang – orang kafir menginginkan kita bertoleransi terhadap mereka dengan cara kita (kaum Muslimin) harus :
1. Mengikuti perayaan hari besar / raya mereka, seperti ; Natal bersama, Nyepi bersama, Paskah bersama, perayaan hari valentine, perayaan malam tahun baru serta ikut serta dalam pembuatan / memeriahkan hari besar mereka.
2. Mensahkan pendirian bangunan ibadah mereka, seperti Gereja, Pura, Wihara, dan tempat tempat penyembahan berhala lainnya yang dibangun di tengah – tengah komunitas kaum Muslimin.
3. Mengikuti atau membenarkan apa – apa yang mereka lakukan, seperti ibadahnya mereka, minum – minuman haramnya mereka, pemurtadan yang mereka lakukan, dll.
4. Menampakkan kebahagiaan / kesenangan jika hari raya mereka tiba.
Kesemuanya itu adalah HARAM dilakukan oleh ummat Islam, bahkan tidak boleh terlintas di dalam hati ummat Islam sedikitpun.
Dari Abu Sa'id al-Khudry bahwasanya Rasulullah -shollaLLohu 'alayhi wa sallam- bersabda: "Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga andaikata mereka menelusuri / masuk ke lubang biawak, niscaya kalian akan masuk ke dalamnya juga. Para Shahabat –radhiyaLLohu ‘anhum ‘ajma’in- bertanya : "Wahai Rasulullah! Apakah (mereka itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?". Beliau -shollaLLohu 'alayhi wa sallam- bersabda: "Siapa lagi (kalau bukan mereka).” (HR. Bukhari)
Islam Melarang Mengambil Orang – Orang Kafir Sebagai Teman
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu), sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim." (Al Maa’idah: 51)
Ibnu Hazm telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa loyal (wala’) pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. (Kitab Al Muhalla, Ibnu Hazm, jilid 11, hal 138)
Bahkan, Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata: Abdullah bin 'Utbah berkata, "hendaknya salah seorang mereka berhati-hati agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya, berdasarkan ayat ini."
Islam melarang kita menjadikan orang – orang kafir dan musyrik sebagai pemimpin, karena dikhawatirkan bahkan diyakini bahwa mereka akan memimpin dengan kekafiran, kemaksiyatan dan kebodohannya. Islam juga melarang mengambil mereka sebagai teman dekat (shahabat), dikhawatirkan dia (si kafir) akan menjerumuskan kita ke dalam kekafirannya.
Rasulullah -shollaLLohu 'alayhi wa sallam- pernah berpesan : “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Di hadist tersebut Nabi -shollaLLohu 'alayhi wa sallam- memberikan pesan yang tersirat, bahwa kita harus mengambil orang Mukmin saja sebagai teman.
Bahkan orang – orang Muslim yang mengambil orang – orang kafir sebagai teman, diancam oleh Alloh dengan siksaan yang pedih,
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,” (An Nisaa’ : 138)
Siapa yang dimaksud dengan orang – orang munafik ?
“(ya’ni) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Alloh.” (An Nisaa’ : 139)
Akan tetapi, Islam membolehkan kita berbuat adil terhadap orang kafir, dengan catatan ; si kafir tersebut TIDAK MEMERANGI DAN MEMBENCI KAUM MUSLIMIN.
“Alloh tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang TIDAK MEMERANGIMU karena agama dan TIDAK JUGA MENGUSIR KAMU dari negerimu. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al Mumtahanah : 8)
Jika si kafir tidak memerangi dan membenci kaum Muslimin karena agama juga tidak mengusir kita dari negeri kita (tidak menjajah). Maka kita boleh berbuat adil kepada mereka (ya’ni, memberikan hak – haknya). Berbuat adil disini bukan berarti loyal (mencintai serta menjadi penolong) terhadap mereka. Tetap, kita tidak boleh bertoleransi dalam hal aqidah. Tetap kita harus berlepas diri dari kekufuran mereka.
Ibnu Katsir -rahimahullah- menjelaskan makna ayat tersebut, “Alloh tidak melarang kalian berbuat ihsan (baik) terhadap orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin dalam agama dan juga tidak menolong mengeluarkan wanita dan orang-orang lemah, ya’ni Alloh tidak melarang kita untuk berbuat baik dan berbuat adil kepada mereka. Karena sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muhaqqiq: Sami bin Muhammad Salamah, jilid 8 hal 90, terbitan Dar At Thoyibah, cetakan kedua, 1420 H)
Islam Menghargai Pluralitas Agama Tapi Tidak Untuk Pluralisme Agama
“Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Alloh menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Huud : 188 – 119)
Imam Qotadah –rahimahullah- menjelaskan : “Kalaulah Alloh menghendaki, tentu Dia akan menjadikan seluruh umat manusia ini sebagai Muslimin.” (Kitab Jami’ul Bayan jilid 7, hal 137 nomor 18712)
“Tetapi mereka senantiasa berikhtilaf (berselisih pendapat) … .” Dari perselisihan itu bercerailah antara dua kubu, sebagian menjadi Kafir dan sebagian lagi menjadi Mukmin.
Seorang kafir berhak untuk tetap dalam agamanya, tapi di akhirat, ia harus mempertanggung jawabkan atas pilihannya itu. Tapi tetap, kaum Muslim wajib mengajak mereka dengan seruan Islam.
Islam pun menghargai adanya pluralitas (kemajemukan, keberagaman, perbedaan) agama –selama kemajemukan itu tidak memerangi, menistai dan melecehkan agama Islam-, akan tetapi Islam tidak menerima pluralisme agama. Jika pluralitas diubah menjadi isme (suatu paham yang harus diyakini keberadaannya) maka otomatis Islam harus membenarkan keimanan / prinsip dasar orang kafir. Maka dari itu, ajaran Islam menolak pluralisme agama dan tidak memungkiri adanya pluralitas agama.
Perlu diketahui, kesesatan pluralisme dalam beragama bisa berdampak buruk :
1. Pernikahan beda agama, yang akan melahirkan anak yang cacat aqidah dan akhlaknya. Dan Alloh pun tidak merestui / meridhoi pernikahan itu. "Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka sedangkan Alloh mengajak ke sorga dan ampunan dengan izin-Nya." (Al Baqarah : 221) Dan para ulama’ SEPAKAT bahwa, pernikahan tersebut (beda agama) termasuk dari zina dan dosa besar, juga harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
2. Akan munculnya orang – orang yang bodoh (jahil) dalam perkara ad-din (agama), karena semua agama dijadikan satu dan diaduk secara sistematis dengan pemikiran yang berasal dari akal insani dan membuang wahyu Ilahi Yang Suci. Jika sudah begitu, maka lahirlah orang – orang bodoh yang berpengetahuan agama yang kosong.
3. Akan munculnya kesesatan dimana – mana, karena kebohodan dalam perkara agama. Orang – orang yang mengusung ideologi pluralisme agama akan menafsirkan ayat – ayat suci berdasarkan percampur adukkan dari semua agama. Jika sudah begitu, agama bukan lagi suatu produk dari langit (Alloh), tapi sudah berupa produk dari manusia (ciptaan Alloh).
4. Akan terjadi kemaksiyatan dimana – mana. Agama mengajarkan menyeru orang untuk berbuat baik / ma’ruf dan mencegah dari hal – hal yang munkar / maksiyat. Jika pluralisme agama sudah merebak di suatu masyarakat, maka hal – hal yang ma’ruf akan dianggap menjadi hal yang munkar / maksiyat, sedangkan hal – hal yang munkar / maksiyat dianggap sebagai hal – hal yang ma’ruf / baik.
Jika sudah begitu, orang – orang yang tidak mau agamanya dilecehkan, dinistakan bahkan dicampur aduk dengan agama lain, mereka akan mempertahankan agamanya dengan caranya sendiri.
Maka dari itu, Islam sangat menolak apapun bentuk pluralisme dalam beragama. Dan tiada toleransi maupun kompromi dengan pluralisme agama. Karena itu (pluralisme agama) bisa menjadi indikasi senjata orang – orang kafir untuk menghancurkan agama Alloh Yang Mulia ini.
“Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Alloh membalas tipu daya mereka itu. Dan Alloh sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Ali Imran : 54)
Kesimpulan
Pada intinya, Islam tidak mengajarkan toleransi dan kompromi dalam masalah yang sifatnya i’tiqadiyyah (aqidah / prinsip) atau yang berkaitan dalam masalah ukhrowi / akhirat seorang Muslim. Dan haram bagi ummat Islam untuk membenarkan aqidah keimanan orang – orang kafir dan musyrik serta bergembira atau ikut – ikutan pada acara hari raya mereka.
Dan ummat Islam dilarang mengikuti fatwa – fatwa ulama’ sesat yang bergelar akademis tinggi sekalipun, yang membolehkan bertoleransi kepada kaum kafir dalam masalah – masalah yang terkait di atas. Mereka sengaja memadamkan cahaya agama Alloh dengan pemikiran – pemikiran mereka dengan cara memanipulasi hujjah dan argumentasi serta melecehkan ayat – ayat Al Qur’an Yang Suci. Dan ummat Islam tidak boleh tertipu dengan orang – orang semacam itu. (Abu Hamzah)
,,,~"SELAMAT PAGI SAHABAT"~,,,
Assalaamu’alaykum wr wb..
“Selamat pagi kebahagiaan.. !!!
”Begitulah seruan yang amat sering sekali didengungkan oleh seseorang yang jauh di sana pada saya. Ketika ditanyakan motifnya, sederhana saja menjawabnya ..“ya, aku ingin dan berharap kebahagiaan yang ku dapatkan hari ini ” ..
“selamat pagi semangat..!!” itu jawaban saya padanya.. selalu.. ^
alasanku, semangat adalah motivasi, perpaduan antara keinginan dan energi untuk mencapai tujuan tertentu, proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. dan..dan.. bagaimana mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik klo kita tidak melakukan sesuatu dengan semangat..kan..!!
Setiap pagi, setiap insan, memiliki “caranya” sendiri untuk mendapatkan “feel” seperti apa yang dia harapkan. Dan memang pada kenyataannya, kebahagiaanlah yang semua orang harapkan.. kebahagian batin dan ketentraman hati yang tak akan bisa dibeli dengan uang yang segudang sekalipun.
Bagi saya, ucapan seperti “selamat pagi kebahagiaan”, adalah getaran qolbu yang memiliki niat untuk memberikan motivasi diri, merangsang syaraf-syaraf tubuh untuk menjalankan dan merespon segala rangsangan/impuls menuju apa yang dia harapkan.“aku..berharap bahagia hari ini..bismillah..”, kata seperti ini pun boleh dan sah-sah saja, dan masih banyak hal lainnya.
Setidaknya, kata-kata itu juga memiliki makna “untuk selalu berharap”.. ya, berharap mendapatkan kebahagiaan..bagi saya makna itu lebih tepat, karena itu, janganlah berputus asa dari harapan, di al quran pun jelas “janganlah berputus asa dari rahmat Allah..” .. Sesungguhnya Allah selalu memiliki rencana yang tidak terduga-duga yang bahkan akal pun tak mampu menterjemahkan.
Pernah ku mendapati kalimat di status FB sahabatku, “takkan n tak ingn brhenti brharap slama harapan it msh ada…:)” .. nahh, untuk hariku, kemarin, sekarang dan esok, selama masih ada harapan, maka aku akan selalu berharap, sekecil apapun harapan itu, akan selalu semangat untuk mengejarnya.. Manusia bisa hidup tanpa makan selama 7 minggu, mampu bertahan tanpa air selama 7 hari, sanggup berjuang tanpa oksigen selama 7 menit.. namun, hanya hitungan detik, bahkan tak ada masa yang mampu memperdayai ketika manusia sudah tidak memiliki harapan.
Dan tentu saja, ini berlaku untuk kasus apapun..
Dari Bukhari, Muslim, Tirmidhi dan Ibn Majah, diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: “Allah s.w.t berfirman:“Aku adalah berdasarkan kepada sangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya ketika dia mengingatiKu. Apabila dia mengingatiKu dalam dirinya, nescaya aku juga akan mengingatinya dalam diriKu. Apabila dia mengingatiKu di majlis, nescaya Aku juga akan mengingatinya di dalam suatu majlis yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiKu dalam jarak sejengkal, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam keadaan berjalan seperti biasa, nescaya Aku akan datang kepadanya seperti berlari-lari kecil.”.
Semangatlah selalu untuk berharap, sahabatku.. !!!Selamat pagi semangat..!!
“Selamat pagi kebahagiaan.. !!!
”Begitulah seruan yang amat sering sekali didengungkan oleh seseorang yang jauh di sana pada saya. Ketika ditanyakan motifnya, sederhana saja menjawabnya ..“ya, aku ingin dan berharap kebahagiaan yang ku dapatkan hari ini ” ..
“selamat pagi semangat..!!” itu jawaban saya padanya.. selalu.. ^
alasanku, semangat adalah motivasi, perpaduan antara keinginan dan energi untuk mencapai tujuan tertentu, proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. dan..dan.. bagaimana mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik klo kita tidak melakukan sesuatu dengan semangat..kan..!!
Setiap pagi, setiap insan, memiliki “caranya” sendiri untuk mendapatkan “feel” seperti apa yang dia harapkan. Dan memang pada kenyataannya, kebahagiaanlah yang semua orang harapkan.. kebahagian batin dan ketentraman hati yang tak akan bisa dibeli dengan uang yang segudang sekalipun.
Bagi saya, ucapan seperti “selamat pagi kebahagiaan”, adalah getaran qolbu yang memiliki niat untuk memberikan motivasi diri, merangsang syaraf-syaraf tubuh untuk menjalankan dan merespon segala rangsangan/impuls menuju apa yang dia harapkan.“aku..berharap bahagia hari ini..bismillah..”, kata seperti ini pun boleh dan sah-sah saja, dan masih banyak hal lainnya.
Setidaknya, kata-kata itu juga memiliki makna “untuk selalu berharap”.. ya, berharap mendapatkan kebahagiaan..bagi saya makna itu lebih tepat, karena itu, janganlah berputus asa dari harapan, di al quran pun jelas “janganlah berputus asa dari rahmat Allah..” .. Sesungguhnya Allah selalu memiliki rencana yang tidak terduga-duga yang bahkan akal pun tak mampu menterjemahkan.
Pernah ku mendapati kalimat di status FB sahabatku, “takkan n tak ingn brhenti brharap slama harapan it msh ada…:)” .. nahh, untuk hariku, kemarin, sekarang dan esok, selama masih ada harapan, maka aku akan selalu berharap, sekecil apapun harapan itu, akan selalu semangat untuk mengejarnya.. Manusia bisa hidup tanpa makan selama 7 minggu, mampu bertahan tanpa air selama 7 hari, sanggup berjuang tanpa oksigen selama 7 menit.. namun, hanya hitungan detik, bahkan tak ada masa yang mampu memperdayai ketika manusia sudah tidak memiliki harapan.
Dan tentu saja, ini berlaku untuk kasus apapun..
Dari Bukhari, Muslim, Tirmidhi dan Ibn Majah, diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a: Rasulullah s.a.w bersabda: “Allah s.w.t berfirman:“Aku adalah berdasarkan kepada sangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya ketika dia mengingatiKu. Apabila dia mengingatiKu dalam dirinya, nescaya aku juga akan mengingatinya dalam diriKu. Apabila dia mengingatiKu di majlis, nescaya Aku juga akan mengingatinya di dalam suatu majlis yang lebih baik daripada mereka. Apabila dia mendekatiKu dalam jarak sejengkal, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta, nescaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam keadaan berjalan seperti biasa, nescaya Aku akan datang kepadanya seperti berlari-lari kecil.”.
Semangatlah selalu untuk berharap, sahabatku.. !!!Selamat pagi semangat..!!
Rabu, 10 November 2010
,,,~"Fitnah Wanita"~,,,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ.
Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita. (Muttafaq ‘alaihi)
Sungguh, fitnah wanita termasuk cobaan terbesar dan paling mengerikan bagi kaum Adam. Karena wanita, dua orang laki-laki berkelahi. Lantaran wanita, dua kubu saling bermusuhan dan saling serang. Oleh sebab wanita, darah begitu murah dan mudah diguyurkan. Karena wanita, seorang dapat terjatuh dalam jurang kemaksiatan. Bahkan, karena wanita, si cerdas yang baik dapat berubah menjadi dungu dan liar.
Jarir bin ‘Athiyyah al-Khathafi bersenandung:
إِنَّ العُيُوْنَ الَّتِيْ فِي طَرْفِهَا حَــوَرٌ قَتَلْنَنَا ثُمَّ لَمْ يُحْيِيْنَ قَتْــلاَناَ
يَصْرَعْنَ ذَا اللُّبِّ حَتَّى لاَ حَرَاكَ لَهُ وَهُنَّ أَضْعَفُ خَلْقِ اللّهِ إِنْـسَاناَ
Sesungguhnya indahnya mata-mata hitam wanita jelita
Telah membunuh kita dan tiada lagi menghidupkannya
Mereka pun taklukkan si cerdas hingga tiada berdaya
Sedang mereka manusia paling lemah dari ciptaan-Nya
Lantaran dia, laki-laki enggan bekerja. Karena dia, mereka menjadi pemalas dan pelamun. Dan oleh sebab dirinya, Muslim taat enggan pergi berjihad. Jamil Butsainah berkata:
يَقُوْلُوْنَ: جَاهِدْ يَا جَمِيْلُ بِغَزْوَةٍ أَيَّ جِهَادٍ غَيْرَهُنَّ أُرِيْــدُ
لِكُلِّ حَدِيْثٍ بَيْنَهُنَّ بَـشَاشَةٌ وَ كُلُّ قَتِيْلٍ بَيْنَهُنَّ شَهِيْـدُ
Mereka berkata: Jihadlah, wahai Jamil di peperangan
Jihad mana lagi selain bersama mereka yang ku inginkan
Pada setiap alur cerita diantara mereka adalah suka cita
Dan setiap korban di tengah mereka adalah syahid matinya
Itulah sebagian kecil dari dampak godaan wanita yang dapat kita perhatikan bersama. Godaan wanita yang jauh dari agama, yang tidak taat akan aturan-aturan Rabb-Nya, wanita calon penghuni neraka.
Semoga Allah memberikan petunjuk kepada wanita-wanita muslimat kepada jalan yang lurus, dan menjadikan keluarga, sahabat, saudara, tetangga, serta masyarakat kita, baik laki-laki maupun wanita, menjadi Muslim dan Muslimah yang taat terhadap ajaran agama.
Amin.
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ.
Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita. (Muttafaq ‘alaihi)
Sungguh, fitnah wanita termasuk cobaan terbesar dan paling mengerikan bagi kaum Adam. Karena wanita, dua orang laki-laki berkelahi. Lantaran wanita, dua kubu saling bermusuhan dan saling serang. Oleh sebab wanita, darah begitu murah dan mudah diguyurkan. Karena wanita, seorang dapat terjatuh dalam jurang kemaksiatan. Bahkan, karena wanita, si cerdas yang baik dapat berubah menjadi dungu dan liar.
Jarir bin ‘Athiyyah al-Khathafi bersenandung:
إِنَّ العُيُوْنَ الَّتِيْ فِي طَرْفِهَا حَــوَرٌ قَتَلْنَنَا ثُمَّ لَمْ يُحْيِيْنَ قَتْــلاَناَ
يَصْرَعْنَ ذَا اللُّبِّ حَتَّى لاَ حَرَاكَ لَهُ وَهُنَّ أَضْعَفُ خَلْقِ اللّهِ إِنْـسَاناَ
Sesungguhnya indahnya mata-mata hitam wanita jelita
Telah membunuh kita dan tiada lagi menghidupkannya
Mereka pun taklukkan si cerdas hingga tiada berdaya
Sedang mereka manusia paling lemah dari ciptaan-Nya
Lantaran dia, laki-laki enggan bekerja. Karena dia, mereka menjadi pemalas dan pelamun. Dan oleh sebab dirinya, Muslim taat enggan pergi berjihad. Jamil Butsainah berkata:
يَقُوْلُوْنَ: جَاهِدْ يَا جَمِيْلُ بِغَزْوَةٍ أَيَّ جِهَادٍ غَيْرَهُنَّ أُرِيْــدُ
لِكُلِّ حَدِيْثٍ بَيْنَهُنَّ بَـشَاشَةٌ وَ كُلُّ قَتِيْلٍ بَيْنَهُنَّ شَهِيْـدُ
Mereka berkata: Jihadlah, wahai Jamil di peperangan
Jihad mana lagi selain bersama mereka yang ku inginkan
Pada setiap alur cerita diantara mereka adalah suka cita
Dan setiap korban di tengah mereka adalah syahid matinya
Itulah sebagian kecil dari dampak godaan wanita yang dapat kita perhatikan bersama. Godaan wanita yang jauh dari agama, yang tidak taat akan aturan-aturan Rabb-Nya, wanita calon penghuni neraka.
Semoga Allah memberikan petunjuk kepada wanita-wanita muslimat kepada jalan yang lurus, dan menjadikan keluarga, sahabat, saudara, tetangga, serta masyarakat kita, baik laki-laki maupun wanita, menjadi Muslim dan Muslimah yang taat terhadap ajaran agama.
Amin.
Sabtu, 30 Oktober 2010
~"NAFAS TERAKHIR"~
Assalamu`alaikum,,,
Kawan...
di Dunia ini hanya tiga nafas,,
1. Saat telah lewat membawa amal yang kau kerjakanpeada nafas itu,
2. Nafas yang kau jalani,
3. Yang satu ini, Apakah engkau bisa sampai atau tidak. Sebab, Banyak orang yang sedang bernafas kedatangan maut sebelum sempatbernafas lagi,,
Jika demikian, berarti hanya ada satu nafas yang kita miliki.
Bukan hari dan bukan pula saat.
Unyuk iyu, bergegaslah taat selama engkaumasih bernafas..
Sebelum nafas itu pergi, Sebab siapa tau pada nafas yang kedua kita dijemput "MAUT".
Maafkan semua kesalahan kami Ya Allah,,,,
Kamis, 23 September 2010
,,,"Bahaya Fitnah Dalam Kehidupan",,,
Rasulullah Muhammad saw diutus Allah sebagai penebar rahmat bagi semesta alam (QS 21: 107). Maka tidaklah mengherankan kalau sejarah mencatat kemuliaan akhlaknya. Seluruh perjalanan hidupnya dicatat para sahabat, lalu dibukukan oleh ulama ahli hadist dan dijadikan dasar hukum bagi kehidupan seluruh umat Islam. Bahkan Allah sendiri memberikan pujian atas keagungan akhlaknya (QS 68: 4): Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Istri beliau A'isyah ketika ditanya tentang akhlak beliau menjawab: Kana khuluquhul-qur'an. (Akhlaknya adalah Al Qur'an). Pikiran, ucapan, dan perbuatannya selalu terkendali sesuai dengan nilai-nila moral yang diajarkan Allah di dalam Al Qur'an.
Bahkan, seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, khusus terhadap perkataan beliau menasehatkan: Man kana yu'minu billahi walyaumil akhir falyaqul khairan au liyaskut (Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam). Orang yang suka berkata dusta, berjanji mengingkari dan dipercaya berkhianat dikelompokkannya ke dalam golongan orang munafik yang akan masuk neraka pada lapisan yang paling bawah (QS 4: 145).
Nilai-nilai moral yang diajarkan Islam untuk semesta alam ini sangat mulia. Namun demikian nila-nilai moral itu sering diabaikan begitu saja. Hanya karena dibakar kedengkian seseorang tega memfitnah tetangganya, sehingga terjadi pertengkaran dan boleh jadi diakhiri dengan perceraian. Kadang hanya karena ambisi untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi orang tega memfitnah atasannya sehingga menghancurkan karirnya. Taktik busuk menebarkan fitnah untuk kepentingan pribadi atau golongan ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Orang Islam harus berlaku waspada. Waspada untuk tidak berbuat fitnah dan waspada dalam menghadapi fitnah fihak lain.
Kadang terjadi hanya sekedar untuk mendapatkan berita eksklusif seorang wartawan tega memfitnah. Mereka tidak menyadari akibat buruk yang akan terjadi karena fitnah tersebut. Sering di luar dugaan, bahkan di luar kontrol. Sayang masih saja ada orang yang dengan senang menari-nari di atas kesusahan orang lain karena fitnahnya. Padahal masih banyak bahan berita yang bisa diangkat dan mendatangkan berkah bagi banyak orang. Sebagai bangsa yang berakhlak kita harus mendahulukan berita-berita yang mendatangkan berkah bagi banyak orang daripada yang menyebabkan terjadinya mushibah. Bangsa ini sudah demikian terpuruk setelah terjadinya krisis moneter 1998, lalu disusul dengan terjadinya krisis multidemensi yang berkepanjangan, dan sekarang dihantam krisis bencana alam yang bertubi-tubi. Begitu buruknya dampak fitnah, maka pantas kalau Rasulullah saw menjamin untuk mendapatkan sorga bagi orang yang dapat mengendalikan mulutnya dan kemaluannya. Termasuk tentunya mengendalikan mulut untuk tidak mengeluarkan fitnah.
Kalau kita pikirkan lebih dalam dampak buruknya dapat menghancurkan karir dan masa depan seseorang, dapat menghancurkan rumah tangga, organisasi dan perusahaan, bahkan dapat menghancurkan sebuah negara sekalipun. Lihatlah negeri 1001 malam, negeri Irak yang terkenal keindahan dan keluhuran warisan budayanya, kini hancur lebur karena fitnah yang disebarkan oleh George W Bush yang menuduh almarhum Saddam Hussein memproduksi dan menyimpan senjata pemusnah massal. Dunia yang termakan oleh fitnah, lalu mendukung dilakukannya penyerbuan terhadap Irak sehingga menyebabkan negeri itu porak poranda dan terbunuhnya ribuan nyawa manusia. Maka pantas kalau Allah memperingatkan bahwa fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan (QS 2: 191).
Hidup di dunia ini hanya sebentar, sedang kehidupan akheratlah yang kekal. Jangan sampai karena kesalahan yang sepele, yang mestinya kita dapat menghindari, akhirnya menyebabkan kita masuk ke dalam siksa neraka selama-lamanya. Untuk itu mari kita sama-sama kendalikan lidah kita supaya tidak menebarkan fitnah dan supaya tidak saling membantu dalam menebarkan fitnah. Rasulullah saw memperingatkan: Inna aktsara khathaya ibni adama fi lisanihi (Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya) (HR Bukhari-Muslim). Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua untuk mengendalikan lidah kita demi keselamatan kita dunia akherat. Amin.
Bahkan, seperti diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, khusus terhadap perkataan beliau menasehatkan: Man kana yu'minu billahi walyaumil akhir falyaqul khairan au liyaskut (Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berkata baik atau diam). Orang yang suka berkata dusta, berjanji mengingkari dan dipercaya berkhianat dikelompokkannya ke dalam golongan orang munafik yang akan masuk neraka pada lapisan yang paling bawah (QS 4: 145).
Nilai-nilai moral yang diajarkan Islam untuk semesta alam ini sangat mulia. Namun demikian nila-nilai moral itu sering diabaikan begitu saja. Hanya karena dibakar kedengkian seseorang tega memfitnah tetangganya, sehingga terjadi pertengkaran dan boleh jadi diakhiri dengan perceraian. Kadang hanya karena ambisi untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi orang tega memfitnah atasannya sehingga menghancurkan karirnya. Taktik busuk menebarkan fitnah untuk kepentingan pribadi atau golongan ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Orang Islam harus berlaku waspada. Waspada untuk tidak berbuat fitnah dan waspada dalam menghadapi fitnah fihak lain.
Kadang terjadi hanya sekedar untuk mendapatkan berita eksklusif seorang wartawan tega memfitnah. Mereka tidak menyadari akibat buruk yang akan terjadi karena fitnah tersebut. Sering di luar dugaan, bahkan di luar kontrol. Sayang masih saja ada orang yang dengan senang menari-nari di atas kesusahan orang lain karena fitnahnya. Padahal masih banyak bahan berita yang bisa diangkat dan mendatangkan berkah bagi banyak orang. Sebagai bangsa yang berakhlak kita harus mendahulukan berita-berita yang mendatangkan berkah bagi banyak orang daripada yang menyebabkan terjadinya mushibah. Bangsa ini sudah demikian terpuruk setelah terjadinya krisis moneter 1998, lalu disusul dengan terjadinya krisis multidemensi yang berkepanjangan, dan sekarang dihantam krisis bencana alam yang bertubi-tubi. Begitu buruknya dampak fitnah, maka pantas kalau Rasulullah saw menjamin untuk mendapatkan sorga bagi orang yang dapat mengendalikan mulutnya dan kemaluannya. Termasuk tentunya mengendalikan mulut untuk tidak mengeluarkan fitnah.
Kalau kita pikirkan lebih dalam dampak buruknya dapat menghancurkan karir dan masa depan seseorang, dapat menghancurkan rumah tangga, organisasi dan perusahaan, bahkan dapat menghancurkan sebuah negara sekalipun. Lihatlah negeri 1001 malam, negeri Irak yang terkenal keindahan dan keluhuran warisan budayanya, kini hancur lebur karena fitnah yang disebarkan oleh George W Bush yang menuduh almarhum Saddam Hussein memproduksi dan menyimpan senjata pemusnah massal. Dunia yang termakan oleh fitnah, lalu mendukung dilakukannya penyerbuan terhadap Irak sehingga menyebabkan negeri itu porak poranda dan terbunuhnya ribuan nyawa manusia. Maka pantas kalau Allah memperingatkan bahwa fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan (QS 2: 191).
Hidup di dunia ini hanya sebentar, sedang kehidupan akheratlah yang kekal. Jangan sampai karena kesalahan yang sepele, yang mestinya kita dapat menghindari, akhirnya menyebabkan kita masuk ke dalam siksa neraka selama-lamanya. Untuk itu mari kita sama-sama kendalikan lidah kita supaya tidak menebarkan fitnah dan supaya tidak saling membantu dalam menebarkan fitnah. Rasulullah saw memperingatkan: Inna aktsara khathaya ibni adama fi lisanihi (Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya) (HR Bukhari-Muslim). Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua untuk mengendalikan lidah kita demi keselamatan kita dunia akherat. Amin.
Senin, 13 September 2010
,,,"Janji Allah",,,
Oh alangkah indah hidup ini
Bila Islam bersinar kembali
Cahaya iman menyuluh tiap sanubari
Kebenaran mewarnai bumi
Kalam Allah memimpin manusia
Sunnah Rasul memandu langkahnya
Isi alam mendapat rahmat dan berkatnya
Kebatilan tiada tempatnya
Telah lama dinantikan
Bara Islam marak semula
Manusia kegelapan
Merindukan cahaya pembela
Pasti datang saat itu
Janji Tuhan pasti berlaku
Di dunia bahagia
Syurga Tuhan kekal selamanya
Pada Tuhan doa dan harapan
Daulah Islam seluruh dunia
Selamatkan kami umat di akhir zaman
Dengan iman yang terpelihara...
selamatkan kami umat di akhir zaman...dengan iman yg terpelihara..insyaAllah.
Bila Islam bersinar kembali
Cahaya iman menyuluh tiap sanubari
Kebenaran mewarnai bumi
Kalam Allah memimpin manusia
Sunnah Rasul memandu langkahnya
Isi alam mendapat rahmat dan berkatnya
Kebatilan tiada tempatnya
Telah lama dinantikan
Bara Islam marak semula
Manusia kegelapan
Merindukan cahaya pembela
Pasti datang saat itu
Janji Tuhan pasti berlaku
Di dunia bahagia
Syurga Tuhan kekal selamanya
Pada Tuhan doa dan harapan
Daulah Islam seluruh dunia
Selamatkan kami umat di akhir zaman
Dengan iman yang terpelihara...
selamatkan kami umat di akhir zaman...dengan iman yg terpelihara..insyaAllah.
Selasa, 15 Juni 2010
MENINGGALKAN YANG HARAM MAKA KELUARLAH AROMA MINYAK KESTURI DARI BADANNYA
Ada seorang pemuda yang perkerjaannya menjual kain. Setiap hari dia memikul kain-kain dagangannya dan berkeliling dari rumah ke rumah. Kain dagangan pemuda ini dikenal dengan nama "Faraqna" oleh orang-orang. Walaupun pekerjaannya sebagai pedagang, tetapi pemuda ini sa-ngat tampan dan bertubuh tegap, setiap orang yang melihat pasti menyenanginya.
Pada suatu hari, saat dia berkeliling melewati jalan-jalan besar, gang-gang kecil dan rumah-rumah penduduk sambil berteriak menawarkan dagangannya: "faraqna-faraqna", tiba-tiba ada seorang wanita yang melihatnya. Si wanita itu memanggil dan dia pun menghampirinya. Dia dipersila-kan masuk ke dalam rumah. Di sini si wanita terpesona melihat ketampanannya dan tumbuhlah rasa cinta yang begitu besar dalam hatinya. Lalu si wanita ini berkata: "Aku memanggilmu tidak
untuk membeli daganganmu., tetapi aku memanggilmu karena kecintaanku kepadamu. Dan di rumah ini sekarang sedang kosong." Selanjutnya, si wanita ini membujuk dan merayunya agar mau berbuat 'sesuatu' dengan dirinya. Pemuda itu menolak, bahkan dia mengingatkan si wanita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menakut-nakutinya dengan azab yang pedih di sisiNya. Tetapi sayang, nasihat itu tidak membuahkan hasil apa-apa, bahkan sebaliknya, si wanita menjadi tambah ber-hasrat. Dan memang biasa, orang itu senang dan penasaran dengan hal-hal yang dilarang... Akhirnya, karena si pemu-da ini tidak mau melakukan yang haram, si wanita malah mengancam, katanya: "Bila engkau tidak mau menuruti perintahku, aku akan berteriak kepada semua orang dan aku akan katakan kepada mereka, bahwa engkau telah masuk ke dalam rumahku dan ingin merenggut kesucianku. Dan mereka akan mempercayaiku karena engkau telah berada dalam rumahku, dan sama sekali mereka tidak akan mencurigaiku." Setelah si pemuda itu melihat betapa si wanita itu terlalu memaksanya untuk mengikuti keinginan-nya berbuat dosa, akhirnya dia berkata: "Baiklah, tapi apakah engkau mengizinkan aku untuk ke kamar mandi agar bisa membersihkan diri dulu?" Betapa gembiranya si wanita mendengar jawaban ini, dia mengira bahwa ke-inginannya sebentar lagi akan terpenuhi. Dengan penuh semangat dia menjawab: "Bagaimana tidak wahai kekasih dan buah hatiku, ini adalah sebuah ide yang bagus."
Kemudian masuklah si pemuda ke kamar mandi, semen-tara tubuhnya gemetar karena takut dirinya terjerumus dalam kubangan maksiat. Sebab, wanita itu adalah perang-kap syaitan dan tidak ada seorang laki-laki yang menyendiri bersama seorang wanita kecuali syaitan akan menjadi pihak ketiga. "Ya Alah, apa yang harus aku perbuat. Berilah aku petunjukMu, wahai Dzat yang dapat memberi petunjuk bagi orang-orang yang kebingungan." Tiba-tiba, timbullah ide dalam benaknya. "Aku tahu benar, bahwa termasuk salah satu kelompok yang akan dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada hari yang tidak ada naungan saat itu kecuali naunganNya adalah seorang laki-laki yang diajak berbuat mesum oleh wanita yang mempunyai kedudukan tinggi dan wajah yang cantik, kemudian dia berkata: 'Aku takut kepada Allah.' Dan aku yakin bahwa orang yang meninggalkan sesuatu karena takut kepadaNya, pasti akan mendapat ganti yang lebih baik... dan seringkali satu keinginan syahwat itu akan melahirkan penyesalan seumur hidup... Apa yang akan aku dapatkan dari perbuatan maksiat ini selain Allah akan mengangkat cahaya dan nikmatnya iman dari hatiku... Tidak... tidak ... Aku tidak akan mengerjakan perbuatan yang haram... Tetapi, apa yang harus aku kerjakan. Apakah aku harus melemparkan diri dari jendela ini? Tidak bisa, jendela itu tertutup rapat dan sulit dibuka. Kalau begitu, aku akan mengolesi tubuhku dengan kotoran-kotoran yang ada di WC ini, dengan harapan, bila nanti dia melihatku dalam keadaan begini, dia akan jijik dan akan membiarkanku pergi." Ternyata memang benar, ide yang terakhir ini yang dia jalankan. Dia mulai mengolesi tubuhnya dengan kotoran-kotoran yang ada di situ. Memang menjijikkan. Setelah itu dia menangis dan berkata: "Ya Rabbi, hai Tuhanku, perasaan takutku kepadaMu itulah yang mendorongku melakukan hal ini. Oleh karena itu, karuniakan untukku 'kebaikan' sebagai gantinya." Kemudian dia keluar dari kamar mandi, tatkala melihatnya dalam keadaan demikian, si wanita itu berteriak: "Keluar kau, hai orang gila!" Dia pun cepat-cepat keluar dengan perasaan takut diketahui orang-orang, jika mereka tahu, pasti akan berkomentar macam-macam tentang dirinya. Dia mengambil barang-barang dagangannya kemudian pergi berlalu, sementara orang-orang yang di jalan tertawa melihatnya. Akhirnya dia tiba di rumahnya, di situ dia bernafas lega. Lalu menanggalkan pakaiannya, masuk kamar mandi dan mandi membersihkan tubuhnya dengan sebersih-bersihnya.
Kemudian apa yang terjadi? Adakah Allah akan mem-biarkan hamba dan waliNya begitu saja? Tidak... Ternyata, ketika dia keluar dari kamar mandi, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan untuknya sebuah karunia yang besar, yang tetap melekat di tubuhnya sampai dia meninggal dunia, bahkan sampai setelah dia meninggal. Allah telah memberikan untuknya aroma yang harum semerbak yang tercium dari tubuhnya. Semua orang dapat mencium aroma tersebut dari jarak beberapa meter. Sampai akhirnya dia mendapat julukan "al-miski" (yang harum seperti kasturi). Subhanallah, memang benar, Allah telah memberikan untuknya sebagai ganti dari bau kotoran yang dapat hilang dalam sekejap dengan aroma wangi yang dapat tercium sepanjang masa. Ketika pemuda ini meninggal dan diku-burkan, mereka tulis di atas kuburannya "Ini kuburan Al-Misky", dan banyak orang yang menziarahinya.
Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan membiarkan hambaNya yang shalih begitu saja, tapi Allah Subhanahu wa Ta'ala akan selalu membelanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa membela orang-orang yang beriman, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam hadits QudsiNya:
"Bila dia (hamba) memohon kepadaKu, pasti akan Aku beri. Mana orang-orang yang ingin memohon?!"
Pembaca yang budiman!
"Setiap sesuatu yang engkau tinggalkan, pasti ada ganti-nya. Begitu pula larangan yang datang dari Allah, bila engkau tinggalkan, akan ada ganjaran sebagai pengganti-nya."
Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan ganti yang besar untuk sebuah pengorbanan yang kecil. Allahu Akbar.
Manakah orang-orang yang mau meninggalkan maksiat dan taat kepada Allah sehingga mereka berhak mendapat-kan ganti yang besar untuk pengorbanan kecil yang mereka berikan??
Tidakkah mereka mau menyambut seruan Allah, seruan Rasulullah dan seruan fitrah yang suci?!
Pada suatu hari, saat dia berkeliling melewati jalan-jalan besar, gang-gang kecil dan rumah-rumah penduduk sambil berteriak menawarkan dagangannya: "faraqna-faraqna", tiba-tiba ada seorang wanita yang melihatnya. Si wanita itu memanggil dan dia pun menghampirinya. Dia dipersila-kan masuk ke dalam rumah. Di sini si wanita terpesona melihat ketampanannya dan tumbuhlah rasa cinta yang begitu besar dalam hatinya. Lalu si wanita ini berkata: "Aku memanggilmu tidak
untuk membeli daganganmu., tetapi aku memanggilmu karena kecintaanku kepadamu. Dan di rumah ini sekarang sedang kosong." Selanjutnya, si wanita ini membujuk dan merayunya agar mau berbuat 'sesuatu' dengan dirinya. Pemuda itu menolak, bahkan dia mengingatkan si wanita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menakut-nakutinya dengan azab yang pedih di sisiNya. Tetapi sayang, nasihat itu tidak membuahkan hasil apa-apa, bahkan sebaliknya, si wanita menjadi tambah ber-hasrat. Dan memang biasa, orang itu senang dan penasaran dengan hal-hal yang dilarang... Akhirnya, karena si pemu-da ini tidak mau melakukan yang haram, si wanita malah mengancam, katanya: "Bila engkau tidak mau menuruti perintahku, aku akan berteriak kepada semua orang dan aku akan katakan kepada mereka, bahwa engkau telah masuk ke dalam rumahku dan ingin merenggut kesucianku. Dan mereka akan mempercayaiku karena engkau telah berada dalam rumahku, dan sama sekali mereka tidak akan mencurigaiku." Setelah si pemuda itu melihat betapa si wanita itu terlalu memaksanya untuk mengikuti keinginan-nya berbuat dosa, akhirnya dia berkata: "Baiklah, tapi apakah engkau mengizinkan aku untuk ke kamar mandi agar bisa membersihkan diri dulu?" Betapa gembiranya si wanita mendengar jawaban ini, dia mengira bahwa ke-inginannya sebentar lagi akan terpenuhi. Dengan penuh semangat dia menjawab: "Bagaimana tidak wahai kekasih dan buah hatiku, ini adalah sebuah ide yang bagus."
Kemudian masuklah si pemuda ke kamar mandi, semen-tara tubuhnya gemetar karena takut dirinya terjerumus dalam kubangan maksiat. Sebab, wanita itu adalah perang-kap syaitan dan tidak ada seorang laki-laki yang menyendiri bersama seorang wanita kecuali syaitan akan menjadi pihak ketiga. "Ya Alah, apa yang harus aku perbuat. Berilah aku petunjukMu, wahai Dzat yang dapat memberi petunjuk bagi orang-orang yang kebingungan." Tiba-tiba, timbullah ide dalam benaknya. "Aku tahu benar, bahwa termasuk salah satu kelompok yang akan dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada hari yang tidak ada naungan saat itu kecuali naunganNya adalah seorang laki-laki yang diajak berbuat mesum oleh wanita yang mempunyai kedudukan tinggi dan wajah yang cantik, kemudian dia berkata: 'Aku takut kepada Allah.' Dan aku yakin bahwa orang yang meninggalkan sesuatu karena takut kepadaNya, pasti akan mendapat ganti yang lebih baik... dan seringkali satu keinginan syahwat itu akan melahirkan penyesalan seumur hidup... Apa yang akan aku dapatkan dari perbuatan maksiat ini selain Allah akan mengangkat cahaya dan nikmatnya iman dari hatiku... Tidak... tidak ... Aku tidak akan mengerjakan perbuatan yang haram... Tetapi, apa yang harus aku kerjakan. Apakah aku harus melemparkan diri dari jendela ini? Tidak bisa, jendela itu tertutup rapat dan sulit dibuka. Kalau begitu, aku akan mengolesi tubuhku dengan kotoran-kotoran yang ada di WC ini, dengan harapan, bila nanti dia melihatku dalam keadaan begini, dia akan jijik dan akan membiarkanku pergi." Ternyata memang benar, ide yang terakhir ini yang dia jalankan. Dia mulai mengolesi tubuhnya dengan kotoran-kotoran yang ada di situ. Memang menjijikkan. Setelah itu dia menangis dan berkata: "Ya Rabbi, hai Tuhanku, perasaan takutku kepadaMu itulah yang mendorongku melakukan hal ini. Oleh karena itu, karuniakan untukku 'kebaikan' sebagai gantinya." Kemudian dia keluar dari kamar mandi, tatkala melihatnya dalam keadaan demikian, si wanita itu berteriak: "Keluar kau, hai orang gila!" Dia pun cepat-cepat keluar dengan perasaan takut diketahui orang-orang, jika mereka tahu, pasti akan berkomentar macam-macam tentang dirinya. Dia mengambil barang-barang dagangannya kemudian pergi berlalu, sementara orang-orang yang di jalan tertawa melihatnya. Akhirnya dia tiba di rumahnya, di situ dia bernafas lega. Lalu menanggalkan pakaiannya, masuk kamar mandi dan mandi membersihkan tubuhnya dengan sebersih-bersihnya.
Kemudian apa yang terjadi? Adakah Allah akan mem-biarkan hamba dan waliNya begitu saja? Tidak... Ternyata, ketika dia keluar dari kamar mandi, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan untuknya sebuah karunia yang besar, yang tetap melekat di tubuhnya sampai dia meninggal dunia, bahkan sampai setelah dia meninggal. Allah telah memberikan untuknya aroma yang harum semerbak yang tercium dari tubuhnya. Semua orang dapat mencium aroma tersebut dari jarak beberapa meter. Sampai akhirnya dia mendapat julukan "al-miski" (yang harum seperti kasturi). Subhanallah, memang benar, Allah telah memberikan untuknya sebagai ganti dari bau kotoran yang dapat hilang dalam sekejap dengan aroma wangi yang dapat tercium sepanjang masa. Ketika pemuda ini meninggal dan diku-burkan, mereka tulis di atas kuburannya "Ini kuburan Al-Misky", dan banyak orang yang menziarahinya.
Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan membiarkan hambaNya yang shalih begitu saja, tapi Allah Subhanahu wa Ta'ala akan selalu membelanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa membela orang-orang yang beriman, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam hadits QudsiNya:
"Bila dia (hamba) memohon kepadaKu, pasti akan Aku beri. Mana orang-orang yang ingin memohon?!"
Pembaca yang budiman!
"Setiap sesuatu yang engkau tinggalkan, pasti ada ganti-nya. Begitu pula larangan yang datang dari Allah, bila engkau tinggalkan, akan ada ganjaran sebagai pengganti-nya."
Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan ganti yang besar untuk sebuah pengorbanan yang kecil. Allahu Akbar.
Manakah orang-orang yang mau meninggalkan maksiat dan taat kepada Allah sehingga mereka berhak mendapat-kan ganti yang besar untuk pengorbanan kecil yang mereka berikan??
Tidakkah mereka mau menyambut seruan Allah, seruan Rasulullah dan seruan fitrah yang suci?!
Sabtu, 12 Juni 2010
~"Promosi Dajjal Di Balik Film 2012"~
Benarlah Ahmad Thomson ketika di dalam bukunya yang berjudul Dajjal – The AntiChrist mengatakan bahwa dunia yang sedang kita jalani dewasa ini –terutama sejak hampir satu abad yang lalu- telah menjadi sebuah Sistem Dajjal. Peradaban dunia semenjak raibnya sistem Islam yang bernama Khilafah Islamiyyah telah perlahan namun pasti mengarah dan membentuk diri menjadi sebuah peradaban yang sarat dengan Dajjalic Values. Kian hari kian nyata bahwa nilai-nilai Ilahi yang suci dan mulia secara sistematis mengalami marginalisasi alias penghapusan.
Sedemikian hegemoniknya sistem Dajjal sehingga menurut Ahmad Thomson bilamana dalam waktu dekat si oknum Dajjal muncul ke tengah umat manusia, maka ia akan segera dinobatkan menjadi pemimpin sistem tersebut. Sebab sistem yang dibangun dengan sebutan Novus Ordo Seclorum (the New World Order) ini sangat compatible dengan karakteristik oknum Dajjal. Berbagai lini kehidupan telah dirancang dan dibentuk agar cocok dengan the arrival of the AntiChrist (kedatangan Dajjal). Segenap lini kehidupan manusia yang mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, pertahanan-keamanan, pendidikan dan hukum dijauhkan dari dienullah alias nilai-nilai Islam. Bahkan aspek entertainment-pun diarahkan untuk menyambut kedatangan Dajjal.
Oleh karenanya saudaraku, waspadailah berbagai filem yang dewasa ini menjadi primadona bentuk hiburan di abad modern. Salah satunya ialah filem box office yang dewasa ini sedang menyedot perhatian sebagian besar penduduk planet bumi, yaitu filem berjudul 2012. Apa sesungguhnya masalah filem ini?
Pertama, filem ini ingin mengkondisikan umat manusia untuk meyakini bahwa the end of time atau apocolypse atau –katakanlah- hari Kiamat bakal terjadi pada tanggal tertentu yang sudah bisa diprediksi, yaitu tanggal 21 desember tahun 2012. Ini merupakan suatu ramalan yang sangat berbahaya dari sudut pandang aqidah Islam. Mengapa? Karena Islam mengajarkan setiap kita untuk menyadari bahwa hanya Allah saja yang tahu kapan persisnya hari Kiamat bakal terjadi. Bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam juga tidak tahu kapan persisnya hari Kiamat.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي
لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا
قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
”Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS Al-A’raaf ayat 187)
Satu-satunya isyarat soal jadwal hari Kiamat dari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam hanyalah bahwa ia bakal terjadi pada hari Jumat. Namun jumat tanggal, bulan dan tahun berapa? Wallahu a’lam. Hanya Allah Yang Maha Tahu. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ
“Dan tidak akan terjadi hari Kiamat kecuali pada hari Jum’at.” (HR Muslim)
Maka barangsiapa yang sesudah maupun sebelum menonton filem ini meyakini bahwa hari Kiamat pasti bakal terjadi pada tanggal 21 desember tahun 2012, berarti ia telah mempertaruhkan eksistensi aqidahnya. Sebab seorang muslim senantiasa meyakini bahwa hanya Allah Yang Maha Tahu perkara nyata maupun ghaib. Jika ada fihak selain Allah yang layak memberi tahu kita soal perkara ghaib seperti jadwal Kiamat, maka itu sepatutnya adalah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam utusan Allah yang seringkali memang diberitahu Allah rahasia-rahasia perkara ghaib. Namun dalam hal ini kita tidak mendapati satu haditspun yang menjelaskan tanggal, bulan dan tahun kejadian hari Kiamat. Sikap mempercayai adanya fihak selain Allah yang mengetahui perkara ghaib bisa mengantarkan seseorang terjatuh kepada dosa syirik...! Sebab ia rela mengalihkan kepercayaannya dalam perkara ghaib kepada fihak selain Allah.
Kedua, filem 2012 ini ternyata berakhir dengan masih adanya segelintir manusia yang dapat survive atau bertahan hidup sesudah dahsyatnya peristiwa hari Kiamat. Padahal dalam keimanan Islam, kita diajarkan bahwa pada saat Malaikat Israfil meniup sangkakala pertama kali sebagai tanda Kiamat berlangsung, maka segenap makhluk bernyawa akan dimatikan Allah. Bukti bahwa semua dimatikan ialah bahwa kemudian Malaikat Israfil akan meniup sangkakala kedua kalinya sebagai pertanda berlangsungnya hari Berbangkit, yaitu hari dimana kembalilah roh-roh ke jasadnya masing-masing untuk hidup kembali.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
”Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS Az-Zumar ayat 68)
Artinya, kita dapat menyimpulkan bahwa ide di balik filem ini sungguh mengerikan, karena ia ingin mengajak penonton mengingkari adanya Kiamat dalam pengertian aqidah Islam. Islam mengajarkan bahwa hari Kiamat merupakan the day of total destruction of the whole universe by Allah the Al-Mighty Creator (hari penghancuran total alam semesta atas kehendak Pencipta Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu wa ta’ala). Hari Kiamat merupakan berakhirnya kehidupan fana dunia untuk selanjutnya akan hadir kehidupan abadi akhirat yang sangat berbeda dengan dunia fana ini.
Sedangkan Kiamat menurut produser filem peradaban Sistem Dajjal hanyalah sebuah proses evolusi perjalanan kehidupan manusia di dunia. Sehingga setelah berlangsungnya apocolypse masih ada segelintir manusia yang sanggup terus hidup melewati dahsyatnya hari kehancuran tersebut. Lalu tentunya akan ada sejenis kehidupan dan peradaban baru yang muncul di muka bumi. Selanjutnya, siapakah yang bakal memimpin dan berkuasa di dunia sesudah 2012?
Ketiga, jika kita buka situs www.whowillsurvive2012.com yang merupakan 2012 - Official Movie Site, maka bila Anda klik kotak berjudul ”The Experience”, maka Anda akan temukan salah satu kotak pilihan lagi dengan judul Vote For The Leader of the Post 2012 World (Pilihlah Pemimpin Dunia Paska 2012). Apakah gerangan maksudnya?
Saudaraku, sungguh saya khawatir bahwa gagasan mendasar di balik filem ini ialah keinginan produsernya untuk secara implisit mempromosikan kehadiran Sang Penyelamat Dunia Palsu yaitu Dajjal. Lalu Dajjal akan digambarkan sebagai Pemimpin dan Pelindung para survivors (orang-orang yang berhasil selamat melewati bencana 2012). Sungguh, mereka benar-benar berharap bahwa umat manusia akan memandang Dajjal sebagai figur pemilik surga dan neraka, alias dialah Tuhan. Barangsiapa mematuhinya dan merasa butuh kepadanya bakal diberikan surga kepadanya. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dan merasa tidak butuh kepadanya bakal dimasukkan ke dalam neraka Dajjal. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ أَنَّ مَعَهُ جَنَّةً وَنَارًا فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ
“Dan sesungguhnya di antara fitnahnya Dajjal memiliki surga dan neraka. Maka nerakanya adalah surga (Allah) dan surganya adalah neraka (Allah).” (HR Ibnu Majah)
Maka sudah tiba masanya bagi setiap muslim untuk mempersiapkan diri dan keluarganya dari fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman, yaitu fitnah Dajjal. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan beberapa kiat untuk menyelamatkan diri dari fitnah Dajjal, di antaranya:
Pertama, bacalah doa permohonan perlindungan Allah pada saat duduk sholat tahiyyat terakhir dalam sebelum salam kanan dan kiri:
اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR Muslim)
Kedua, bacalah surat Al-Kahfi di malam Jumat atau hari Jumat sesuai hadits berikut:
من قرأ سورة الكهف يوم الجمعة فأدرك
الدجال لم يسلط عليه ، - أو قال : لم يضره
“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat, maka Dajjal tidak bisa menguasainya atau memudharatkannya.” (HR Baihaqi)
Ketiga, hafalkan sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi sesuai hadits berikut:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
"Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama surah Al-Kahfi, ia terlindungi dari fitnah Dajjal." (HR Abu Dawud)
Keempat, menjauh dan tidak berkeinginan mendekati Dajjal pada masa kemunculannya telah tiba sesuai hadits berikut:
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ
وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ
مِنْ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ هَكَذَا قَال
"Barangsiapa mendengar tentang Dajjal, hendaknya ia berupaya menjauh darinya, sebab -demi Allah- sesungguhnya ada seseorang yang mendekatinya (Dajjal) sedang ia mengira bahwa Dajjal tersebut mukmin kemudian ia mengikutinya karena faktor syubhat (tipu daya) yang ditimbulkannya." (HR Abu Dawud)
Kelima, menetap di Mekkah atau Madinah pada masa Dajjal telah keluar dan berkeliaran dengan segenap fitnah yang ditimbulkannya. Sebagaimana hadits berikut:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلَّا سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلَّا مَكَّةَ وَالْمَدِينَةَ وَلَيْسَ نَقْبٌ مِنْ أَنْقَابِهَا إِلَّا عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ صَافِّينَ تَحْرُسُهَا
"Tidak ada negeri (di dunia) melainkan akan dipijak (dilanda/diintervensi) oleh Dajjal kecuali Mekah dan Madinah kerana setiap jalan dan lereng bukit dijagai oleh barisan Malaikat." (HR Bukhari-Muslim)
Sedemikian hegemoniknya sistem Dajjal sehingga menurut Ahmad Thomson bilamana dalam waktu dekat si oknum Dajjal muncul ke tengah umat manusia, maka ia akan segera dinobatkan menjadi pemimpin sistem tersebut. Sebab sistem yang dibangun dengan sebutan Novus Ordo Seclorum (the New World Order) ini sangat compatible dengan karakteristik oknum Dajjal. Berbagai lini kehidupan telah dirancang dan dibentuk agar cocok dengan the arrival of the AntiChrist (kedatangan Dajjal). Segenap lini kehidupan manusia yang mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, pertahanan-keamanan, pendidikan dan hukum dijauhkan dari dienullah alias nilai-nilai Islam. Bahkan aspek entertainment-pun diarahkan untuk menyambut kedatangan Dajjal.
Oleh karenanya saudaraku, waspadailah berbagai filem yang dewasa ini menjadi primadona bentuk hiburan di abad modern. Salah satunya ialah filem box office yang dewasa ini sedang menyedot perhatian sebagian besar penduduk planet bumi, yaitu filem berjudul 2012. Apa sesungguhnya masalah filem ini?
Pertama, filem ini ingin mengkondisikan umat manusia untuk meyakini bahwa the end of time atau apocolypse atau –katakanlah- hari Kiamat bakal terjadi pada tanggal tertentu yang sudah bisa diprediksi, yaitu tanggal 21 desember tahun 2012. Ini merupakan suatu ramalan yang sangat berbahaya dari sudut pandang aqidah Islam. Mengapa? Karena Islam mengajarkan setiap kita untuk menyadari bahwa hanya Allah saja yang tahu kapan persisnya hari Kiamat bakal terjadi. Bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam juga tidak tahu kapan persisnya hari Kiamat.
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي
لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا
قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
”Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS Al-A’raaf ayat 187)
Satu-satunya isyarat soal jadwal hari Kiamat dari Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam hanyalah bahwa ia bakal terjadi pada hari Jumat. Namun jumat tanggal, bulan dan tahun berapa? Wallahu a’lam. Hanya Allah Yang Maha Tahu. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ
“Dan tidak akan terjadi hari Kiamat kecuali pada hari Jum’at.” (HR Muslim)
Maka barangsiapa yang sesudah maupun sebelum menonton filem ini meyakini bahwa hari Kiamat pasti bakal terjadi pada tanggal 21 desember tahun 2012, berarti ia telah mempertaruhkan eksistensi aqidahnya. Sebab seorang muslim senantiasa meyakini bahwa hanya Allah Yang Maha Tahu perkara nyata maupun ghaib. Jika ada fihak selain Allah yang layak memberi tahu kita soal perkara ghaib seperti jadwal Kiamat, maka itu sepatutnya adalah Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam utusan Allah yang seringkali memang diberitahu Allah rahasia-rahasia perkara ghaib. Namun dalam hal ini kita tidak mendapati satu haditspun yang menjelaskan tanggal, bulan dan tahun kejadian hari Kiamat. Sikap mempercayai adanya fihak selain Allah yang mengetahui perkara ghaib bisa mengantarkan seseorang terjatuh kepada dosa syirik...! Sebab ia rela mengalihkan kepercayaannya dalam perkara ghaib kepada fihak selain Allah.
Kedua, filem 2012 ini ternyata berakhir dengan masih adanya segelintir manusia yang dapat survive atau bertahan hidup sesudah dahsyatnya peristiwa hari Kiamat. Padahal dalam keimanan Islam, kita diajarkan bahwa pada saat Malaikat Israfil meniup sangkakala pertama kali sebagai tanda Kiamat berlangsung, maka segenap makhluk bernyawa akan dimatikan Allah. Bukti bahwa semua dimatikan ialah bahwa kemudian Malaikat Israfil akan meniup sangkakala kedua kalinya sebagai pertanda berlangsungnya hari Berbangkit, yaitu hari dimana kembalilah roh-roh ke jasadnya masing-masing untuk hidup kembali.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
”Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS Az-Zumar ayat 68)
Artinya, kita dapat menyimpulkan bahwa ide di balik filem ini sungguh mengerikan, karena ia ingin mengajak penonton mengingkari adanya Kiamat dalam pengertian aqidah Islam. Islam mengajarkan bahwa hari Kiamat merupakan the day of total destruction of the whole universe by Allah the Al-Mighty Creator (hari penghancuran total alam semesta atas kehendak Pencipta Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu wa ta’ala). Hari Kiamat merupakan berakhirnya kehidupan fana dunia untuk selanjutnya akan hadir kehidupan abadi akhirat yang sangat berbeda dengan dunia fana ini.
Sedangkan Kiamat menurut produser filem peradaban Sistem Dajjal hanyalah sebuah proses evolusi perjalanan kehidupan manusia di dunia. Sehingga setelah berlangsungnya apocolypse masih ada segelintir manusia yang sanggup terus hidup melewati dahsyatnya hari kehancuran tersebut. Lalu tentunya akan ada sejenis kehidupan dan peradaban baru yang muncul di muka bumi. Selanjutnya, siapakah yang bakal memimpin dan berkuasa di dunia sesudah 2012?
Ketiga, jika kita buka situs www.whowillsurvive2012.com yang merupakan 2012 - Official Movie Site, maka bila Anda klik kotak berjudul ”The Experience”, maka Anda akan temukan salah satu kotak pilihan lagi dengan judul Vote For The Leader of the Post 2012 World (Pilihlah Pemimpin Dunia Paska 2012). Apakah gerangan maksudnya?
Saudaraku, sungguh saya khawatir bahwa gagasan mendasar di balik filem ini ialah keinginan produsernya untuk secara implisit mempromosikan kehadiran Sang Penyelamat Dunia Palsu yaitu Dajjal. Lalu Dajjal akan digambarkan sebagai Pemimpin dan Pelindung para survivors (orang-orang yang berhasil selamat melewati bencana 2012). Sungguh, mereka benar-benar berharap bahwa umat manusia akan memandang Dajjal sebagai figur pemilik surga dan neraka, alias dialah Tuhan. Barangsiapa mematuhinya dan merasa butuh kepadanya bakal diberikan surga kepadanya. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dan merasa tidak butuh kepadanya bakal dimasukkan ke dalam neraka Dajjal. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:
وَإِنَّ مِنْ فِتْنَتِهِ أَنَّ مَعَهُ جَنَّةً وَنَارًا فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ
“Dan sesungguhnya di antara fitnahnya Dajjal memiliki surga dan neraka. Maka nerakanya adalah surga (Allah) dan surganya adalah neraka (Allah).” (HR Ibnu Majah)
Maka sudah tiba masanya bagi setiap muslim untuk mempersiapkan diri dan keluarganya dari fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman, yaitu fitnah Dajjal. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan beberapa kiat untuk menyelamatkan diri dari fitnah Dajjal, di antaranya:
Pertama, bacalah doa permohonan perlindungan Allah pada saat duduk sholat tahiyyat terakhir dalam sebelum salam kanan dan kiri:
اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari azab jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR Muslim)
Kedua, bacalah surat Al-Kahfi di malam Jumat atau hari Jumat sesuai hadits berikut:
من قرأ سورة الكهف يوم الجمعة فأدرك
الدجال لم يسلط عليه ، - أو قال : لم يضره
“Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi di hari Jumat, maka Dajjal tidak bisa menguasainya atau memudharatkannya.” (HR Baihaqi)
Ketiga, hafalkan sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi sesuai hadits berikut:
مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
"Barangsiapa menghafal sepuluh ayat pertama surah Al-Kahfi, ia terlindungi dari fitnah Dajjal." (HR Abu Dawud)
Keempat, menjauh dan tidak berkeinginan mendekati Dajjal pada masa kemunculannya telah tiba sesuai hadits berikut:
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ
وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ
مِنْ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ هَكَذَا قَال
"Barangsiapa mendengar tentang Dajjal, hendaknya ia berupaya menjauh darinya, sebab -demi Allah- sesungguhnya ada seseorang yang mendekatinya (Dajjal) sedang ia mengira bahwa Dajjal tersebut mukmin kemudian ia mengikutinya karena faktor syubhat (tipu daya) yang ditimbulkannya." (HR Abu Dawud)
Kelima, menetap di Mekkah atau Madinah pada masa Dajjal telah keluar dan berkeliaran dengan segenap fitnah yang ditimbulkannya. Sebagaimana hadits berikut:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلَّا سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلَّا مَكَّةَ وَالْمَدِينَةَ وَلَيْسَ نَقْبٌ مِنْ أَنْقَابِهَا إِلَّا عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ صَافِّينَ تَحْرُسُهَا
"Tidak ada negeri (di dunia) melainkan akan dipijak (dilanda/diintervensi) oleh Dajjal kecuali Mekah dan Madinah kerana setiap jalan dan lereng bukit dijagai oleh barisan Malaikat." (HR Bukhari-Muslim)
Minggu, 23 Mei 2010
,,,*Mencari Sahabat Dunia Akhirat*,,,
Sesosok Penuh Makna
Seorang sahabat adalah sosok yang sangat berharga bagi kehidupan seseorang. Kehidupan seseorang akan terwarnai dengan hadirnya seorang sahabat di sisinya. Jika sahabatnya baik, maka ia akan menjadi baik pula. Namun bila sahabatnya buruk, maka sudah sangat mungkin terjadi ia akan terwarnai olehnya.
Indah sekali apa yang pernah Rasulullah ibaratkan tentang seorang sahabat yang beliau umpamakan dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Jika berteman dengan penjual minyak wangi, minimal akan mendapat dan mencium wanginya. Berteman dengan seorang pandai besi, bisa-bisa percikan apinya mengenai tubuh dan juga kedapatan bau busuknya. Sungguh beruntung seseorang yang mendapatkan sahabat sejati, yang memuji dibelakangnya dan mengoreksi didepannya.
Maka oleh sebab itu, pandai-pandailah dalam mencari teman atau sahabat. Karena boleh jadi ia akan menjadi pemandumu ke surga atau malah sebaliknya menjadi kendaraanmu menuju ke neraka.
Hanyakah Sebuah Permainan??
Ada sebuah pertanyaan, apakah persahabatanmu sekedar permainan yang bisa ditinggalkan ketika kamu merasa bosan?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu diyakini bahwa kehidupan yang kita jalani ibarat sebuah perjalanan. Ada pepatah mengatakan, “Carilah teman sebelum melakukan perjalanan.” Sebab teman bagi seorang musafir bagaikan kehidupan dan ruhnya.
Oleh sebab itu jika persahabatan hanya sekedar permainan, maka tak ayal perjalananmu tidak akan nyaman hingga tujuan bahkan lebih buruk dari itu.
Timbul lagi sebuah pertanyaan, “Lalu siapakah yang layak menjadi sahabat saya?”
Rasulullah Saw telah bersabda bahwa agama seseorang bisa dilihat dari agama teman dekatnya. Itu artinya bahwa perangai, perilaku, dan tabiat seseorang dapat dilihat kepada siapakah seseorang itu bergaul. Maka hendakalah berhati-hati dalam memilih seorang teman. Karena bisa jadi suatu saat engkau akan menjerit dan menyesali keputusanmu persis sebagaimana firman Allah ;
يَا وَيْلَتَا لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)
“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.“ [Al-Furqan : 28-29]
Maka, relakah engkau akan bernasib demikian??
Beginilah Seorang Sahabat Sejati Itu
Suatu ketika Urwah bin Zubair datang ke kebun mulik Abdul Malik bin Marwan seorang sahabat karibnya. Urwah berkata kepada Abdul Malik, “Alangkah indahnya kebun ini.” Lalu Abdul Malik menimpalinya, “Engkau lebih indah dari kebun ini. Kebun ini berbuah hanya sekali dalam setahun. Sedangkan hikmahmu berbuah setiap hari.”
Subhanallah, alangkah indahnya sebuah persahabatan jika di dalamnya terdapat saling menasihati tentang iman, pentingnya mengingat mati, kepastian hari akhir dan segala hal tentang kebenaran hakiki termasuk segala kebaikan. Diri terasa dihibur dan juga digentarkan. Dihibur dengan cerita mengenai ganjaran kebaikan berupa surga, dan digentarkan oleh cerita dahsyatnya siksa neraka.
Alangkah indahnya seorang sahabat, yang ketika kita berbuat salah ia menegur dan menasihati, bukan karena rasa benci, namun karena begitu cintanya ia terhadap kita sehingga tak bosan-bosannya mengingatkan akan sebuah kebenaran. Namun seringkali kita terlupa, termakan oleh egoisme diri, merasa lebih baik, lebih banyak makan asam garam, sehingga menafikan sebuah kebenaran yang sebenarnya datang dari Allah Swt dan Rasul-Nya lewat lidahnya. Alangkah indahnya seorang sahabat yang mau ikut menangis bersama, ketika melihat sahabat lainnya jatuh dalam kubangan nista dan dosa, merasa kasihan, bukan kebencian hingga bergetar bibir menahan tangis dan kesedihan, terluka jiwa yang fitrah oleh tajamnya belati hawa nafsu.
Pintar Memilih Teman
Ada beberapa kriteria yang bisa membantu kamu menetapkan pilihan untuk memilih teman yang tepat.
1. Bersahabat dengannya dapat menambah keimanan
Sahabat dengan tipe seperti ini, jika melihatnya akan mengingatkan kamu dengan Allah. Duduk bersamanya membawa kamu kepada ketaatan. Kata-katanya penuh ilmu dan hikmah. Dan ia bisa mengubah setiap detak jantung dan hembusan nafasmu menjadi ibadah.
2. Bersahabat dengannya dapat menambah keilmuan kamu semakin luas.
Memiliki sahabat yang berilmu dapat menghidupkan hati dan menajamkan otak. Dengannya hidup akan selalu diselimuti nilai positif persahabatan yang dilandasi dengan ilmu. Dari sini kita dapat melihat bahwa keberkahan ilmu tidak terletak pada banyaknya. Tapi keberkahannya terletak sebesar apa pengaruhnya terhadap sahabatnya.
3. Dapat Membela Harga Diri Sahabatnya
Salah satu tipe sahabat sejati adalah ia senantiasa membela harga diri sahabatnya dan tidak rela harga diri sahabatnya dilecehkan. Rasulullah pernah bersabda, “Siapa yang membela harga diri saudaranya, maka Allah menjauhkan wajahnya dari api neraka pada hari kiamat kelak.” [HR. Turmudzi]
4. Ia Selalu Menolong Kamu dalam Kesempitan
Ada sebuah cermin indah yang dapat kita saksikan dari para pendahulu kita tentang arti sebuah persahabatan. Berikut kisahnya ;
Imam Al-Waqidi menceritakan pengalaman hidupnya. Ia berkata, “Saya memiliki dua orang teman. Satu dari mereka berasal dari keturunan bani Hasyim (satu keturunan dengan Rasulullah Saw.) Persahabatan kami sangat kuat ibarat satu tubuh yang saling merasakan penderitaan yang lain. Suatu hari saya mengalami krisis keuangan yang sangat berat. Krisis itu kami rasakan hingga hari raya datang.
Ketika itu istriku berkata, “Kita insya Allah bisa bersabar. Tapi bagaimana dengan anak-anak kita?”
Aku tidak kuasa menahan sedih mendengar kata-kata istriku itu. Aku lalu mengirim surat kepada temanku yang dari keturunan Bani Hasyim tersebut. Di surat tersebut aku sebutkan bahwa aku ingin meminjam sedikit uang padanya. Setelah ia membaca suratku, ia mengirimi kami satu bungkusan. Di luarnya ia tulis bahwa uang yang berada di dalamnya adalah seribu dirham.
Sebelum saya duduk menghitung uang itu, tiba-tiba ada seseorang yang datang. Ia adalah utusan sahabatku yang ketiga. Ia meminjam uang karena ia juga sedang tidak memiliki bekal untuk lebaran tahun itu. Dengan berat hati aku serahkan kantong duit itu tanpa sempat kubuka. Aku juga melihat keberatan di wajah istriku.
Kemudian aku pergi ke mesjid, karena takut istriku marah. Tapi, Setelah aku pulang ternyata kudapati istriku tetap sabar dan tidak marah, bahkan ia memujinya.
Tidak lama kemudian sahabatku yang keturunan bani Hasyim datang. Ia membawa bungkusan tadi. Ia berkata, “Apa yang engkau lakukan dengan uang yang kukirim tadi?” Aku lalu menceritakan padanya kejadian sebenarnya. Ia melanjutkan, “Saat itu aku tidak punya apa-apa melainkan uang yang ada dalam kantong ini. Ketika kamu minta bantuan aku pun mengiriminya padamu. Setelah aku tak punya apa-apa lagi dan aku minta bantuan sahabat kita. Ternyata ia mengirimkan kantong yang kukirim padamu tadi.”
Akhirnya uang yang seribu dirham itu mereka bagi.
Imam Waqidi melanjutkan, “Kabar itu sampai pada khalifah Al Makmun. Ia memanggilku ke istana. Di sana aku menceritakan padanya kejadian itu apa adanya.
Ketika pulang ia memberi kami uang 7000 dinar. Masing-masing kami mendapatkan 2000 dinar dan 1000 dinarnya lagi ia berikan pada isteriku.”
Luar biasa sekali. Dari kisah di atas kita dapat mengambil banyak sekali pelajaran salah satunya adalah bahwa mereka lebih mengutamakan sahabatnya daripada dirinya sendiri sesulit apapun kondisinya.
5. Selalu Menjaga Hati dan Perasaan Sahabatnya
Seorang sahabat sejati, maka ia tahu bagaimana keadaan hati sahabatnya. Ia pandai dalam memilih kata dan berhati-hati agar ucapan serta tindakannya tidak melukai perasaan sahabatnya.
“Mulutmu harimaumu” begitulah pepatah mengatakan. Mulut bisa menjadi pedang dan pisau yang sangat tajam bila mengenai hati seseorang. Sakitnya tak terkira melebihi sakit tersayat sembilu. Namun pepatah itu seakan tidak berlaku bagi seorang sahabat sejati. Baginya mulut adalah bunga. Kemana-mana selalau menebarkan aroma wangi yang banyak orang mencari bak kumbang yang candu dengan aroma bunga.
Jangan Pernah Ucapkan Selamat Tinggal
Di era yang penuh dengan persaingan ini banyak sekali orang yang merasa kecewa bahkan putus asa. Semangat bersaing seringkali mengacuhkan kesetiaan sehingga sulit ditemukan sahabat yang sejati. Sahabat yang pengertian dan bisa diajak bersama menatap masa depan yang penuh barokah. Namun demikian, hal ini bukanlah saat untuk mengucapkan selamat tinggal, akan tetapi saat untuk menguatkan azam dan bismillah mencari sesosok sahabat sejati itu. Waallahu a’lam bis showab.
Semoga bisa menjadi Acuan Hidup, & Bermanfaat bagi Qta semua,,,
(PL)
Seorang sahabat adalah sosok yang sangat berharga bagi kehidupan seseorang. Kehidupan seseorang akan terwarnai dengan hadirnya seorang sahabat di sisinya. Jika sahabatnya baik, maka ia akan menjadi baik pula. Namun bila sahabatnya buruk, maka sudah sangat mungkin terjadi ia akan terwarnai olehnya.
Indah sekali apa yang pernah Rasulullah ibaratkan tentang seorang sahabat yang beliau umpamakan dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Jika berteman dengan penjual minyak wangi, minimal akan mendapat dan mencium wanginya. Berteman dengan seorang pandai besi, bisa-bisa percikan apinya mengenai tubuh dan juga kedapatan bau busuknya. Sungguh beruntung seseorang yang mendapatkan sahabat sejati, yang memuji dibelakangnya dan mengoreksi didepannya.
Maka oleh sebab itu, pandai-pandailah dalam mencari teman atau sahabat. Karena boleh jadi ia akan menjadi pemandumu ke surga atau malah sebaliknya menjadi kendaraanmu menuju ke neraka.
Hanyakah Sebuah Permainan??
Ada sebuah pertanyaan, apakah persahabatanmu sekedar permainan yang bisa ditinggalkan ketika kamu merasa bosan?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu diyakini bahwa kehidupan yang kita jalani ibarat sebuah perjalanan. Ada pepatah mengatakan, “Carilah teman sebelum melakukan perjalanan.” Sebab teman bagi seorang musafir bagaikan kehidupan dan ruhnya.
Oleh sebab itu jika persahabatan hanya sekedar permainan, maka tak ayal perjalananmu tidak akan nyaman hingga tujuan bahkan lebih buruk dari itu.
Timbul lagi sebuah pertanyaan, “Lalu siapakah yang layak menjadi sahabat saya?”
Rasulullah Saw telah bersabda bahwa agama seseorang bisa dilihat dari agama teman dekatnya. Itu artinya bahwa perangai, perilaku, dan tabiat seseorang dapat dilihat kepada siapakah seseorang itu bergaul. Maka hendakalah berhati-hati dalam memilih seorang teman. Karena bisa jadi suatu saat engkau akan menjerit dan menyesali keputusanmu persis sebagaimana firman Allah ;
يَا وَيْلَتَا لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلًا (28) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا (29)
“Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.“ [Al-Furqan : 28-29]
Maka, relakah engkau akan bernasib demikian??
Beginilah Seorang Sahabat Sejati Itu
Suatu ketika Urwah bin Zubair datang ke kebun mulik Abdul Malik bin Marwan seorang sahabat karibnya. Urwah berkata kepada Abdul Malik, “Alangkah indahnya kebun ini.” Lalu Abdul Malik menimpalinya, “Engkau lebih indah dari kebun ini. Kebun ini berbuah hanya sekali dalam setahun. Sedangkan hikmahmu berbuah setiap hari.”
Subhanallah, alangkah indahnya sebuah persahabatan jika di dalamnya terdapat saling menasihati tentang iman, pentingnya mengingat mati, kepastian hari akhir dan segala hal tentang kebenaran hakiki termasuk segala kebaikan. Diri terasa dihibur dan juga digentarkan. Dihibur dengan cerita mengenai ganjaran kebaikan berupa surga, dan digentarkan oleh cerita dahsyatnya siksa neraka.
Alangkah indahnya seorang sahabat, yang ketika kita berbuat salah ia menegur dan menasihati, bukan karena rasa benci, namun karena begitu cintanya ia terhadap kita sehingga tak bosan-bosannya mengingatkan akan sebuah kebenaran. Namun seringkali kita terlupa, termakan oleh egoisme diri, merasa lebih baik, lebih banyak makan asam garam, sehingga menafikan sebuah kebenaran yang sebenarnya datang dari Allah Swt dan Rasul-Nya lewat lidahnya. Alangkah indahnya seorang sahabat yang mau ikut menangis bersama, ketika melihat sahabat lainnya jatuh dalam kubangan nista dan dosa, merasa kasihan, bukan kebencian hingga bergetar bibir menahan tangis dan kesedihan, terluka jiwa yang fitrah oleh tajamnya belati hawa nafsu.
Pintar Memilih Teman
Ada beberapa kriteria yang bisa membantu kamu menetapkan pilihan untuk memilih teman yang tepat.
1. Bersahabat dengannya dapat menambah keimanan
Sahabat dengan tipe seperti ini, jika melihatnya akan mengingatkan kamu dengan Allah. Duduk bersamanya membawa kamu kepada ketaatan. Kata-katanya penuh ilmu dan hikmah. Dan ia bisa mengubah setiap detak jantung dan hembusan nafasmu menjadi ibadah.
2. Bersahabat dengannya dapat menambah keilmuan kamu semakin luas.
Memiliki sahabat yang berilmu dapat menghidupkan hati dan menajamkan otak. Dengannya hidup akan selalu diselimuti nilai positif persahabatan yang dilandasi dengan ilmu. Dari sini kita dapat melihat bahwa keberkahan ilmu tidak terletak pada banyaknya. Tapi keberkahannya terletak sebesar apa pengaruhnya terhadap sahabatnya.
3. Dapat Membela Harga Diri Sahabatnya
Salah satu tipe sahabat sejati adalah ia senantiasa membela harga diri sahabatnya dan tidak rela harga diri sahabatnya dilecehkan. Rasulullah pernah bersabda, “Siapa yang membela harga diri saudaranya, maka Allah menjauhkan wajahnya dari api neraka pada hari kiamat kelak.” [HR. Turmudzi]
4. Ia Selalu Menolong Kamu dalam Kesempitan
Ada sebuah cermin indah yang dapat kita saksikan dari para pendahulu kita tentang arti sebuah persahabatan. Berikut kisahnya ;
Imam Al-Waqidi menceritakan pengalaman hidupnya. Ia berkata, “Saya memiliki dua orang teman. Satu dari mereka berasal dari keturunan bani Hasyim (satu keturunan dengan Rasulullah Saw.) Persahabatan kami sangat kuat ibarat satu tubuh yang saling merasakan penderitaan yang lain. Suatu hari saya mengalami krisis keuangan yang sangat berat. Krisis itu kami rasakan hingga hari raya datang.
Ketika itu istriku berkata, “Kita insya Allah bisa bersabar. Tapi bagaimana dengan anak-anak kita?”
Aku tidak kuasa menahan sedih mendengar kata-kata istriku itu. Aku lalu mengirim surat kepada temanku yang dari keturunan Bani Hasyim tersebut. Di surat tersebut aku sebutkan bahwa aku ingin meminjam sedikit uang padanya. Setelah ia membaca suratku, ia mengirimi kami satu bungkusan. Di luarnya ia tulis bahwa uang yang berada di dalamnya adalah seribu dirham.
Sebelum saya duduk menghitung uang itu, tiba-tiba ada seseorang yang datang. Ia adalah utusan sahabatku yang ketiga. Ia meminjam uang karena ia juga sedang tidak memiliki bekal untuk lebaran tahun itu. Dengan berat hati aku serahkan kantong duit itu tanpa sempat kubuka. Aku juga melihat keberatan di wajah istriku.
Kemudian aku pergi ke mesjid, karena takut istriku marah. Tapi, Setelah aku pulang ternyata kudapati istriku tetap sabar dan tidak marah, bahkan ia memujinya.
Tidak lama kemudian sahabatku yang keturunan bani Hasyim datang. Ia membawa bungkusan tadi. Ia berkata, “Apa yang engkau lakukan dengan uang yang kukirim tadi?” Aku lalu menceritakan padanya kejadian sebenarnya. Ia melanjutkan, “Saat itu aku tidak punya apa-apa melainkan uang yang ada dalam kantong ini. Ketika kamu minta bantuan aku pun mengiriminya padamu. Setelah aku tak punya apa-apa lagi dan aku minta bantuan sahabat kita. Ternyata ia mengirimkan kantong yang kukirim padamu tadi.”
Akhirnya uang yang seribu dirham itu mereka bagi.
Imam Waqidi melanjutkan, “Kabar itu sampai pada khalifah Al Makmun. Ia memanggilku ke istana. Di sana aku menceritakan padanya kejadian itu apa adanya.
Ketika pulang ia memberi kami uang 7000 dinar. Masing-masing kami mendapatkan 2000 dinar dan 1000 dinarnya lagi ia berikan pada isteriku.”
Luar biasa sekali. Dari kisah di atas kita dapat mengambil banyak sekali pelajaran salah satunya adalah bahwa mereka lebih mengutamakan sahabatnya daripada dirinya sendiri sesulit apapun kondisinya.
5. Selalu Menjaga Hati dan Perasaan Sahabatnya
Seorang sahabat sejati, maka ia tahu bagaimana keadaan hati sahabatnya. Ia pandai dalam memilih kata dan berhati-hati agar ucapan serta tindakannya tidak melukai perasaan sahabatnya.
“Mulutmu harimaumu” begitulah pepatah mengatakan. Mulut bisa menjadi pedang dan pisau yang sangat tajam bila mengenai hati seseorang. Sakitnya tak terkira melebihi sakit tersayat sembilu. Namun pepatah itu seakan tidak berlaku bagi seorang sahabat sejati. Baginya mulut adalah bunga. Kemana-mana selalau menebarkan aroma wangi yang banyak orang mencari bak kumbang yang candu dengan aroma bunga.
Jangan Pernah Ucapkan Selamat Tinggal
Di era yang penuh dengan persaingan ini banyak sekali orang yang merasa kecewa bahkan putus asa. Semangat bersaing seringkali mengacuhkan kesetiaan sehingga sulit ditemukan sahabat yang sejati. Sahabat yang pengertian dan bisa diajak bersama menatap masa depan yang penuh barokah. Namun demikian, hal ini bukanlah saat untuk mengucapkan selamat tinggal, akan tetapi saat untuk menguatkan azam dan bismillah mencari sesosok sahabat sejati itu. Waallahu a’lam bis showab.
Semoga bisa menjadi Acuan Hidup, & Bermanfaat bagi Qta semua,,,
(PL)
Langganan:
Postingan (Atom)